Kiranya aku ini hanya ingin melapangkan nasib. Berusaha tetap senang juga tenang meski waktu rasanya berjalan begitu lambat.
Sebenarnya aku lebih suka "roman" tanpa "tika". Tapi tidak apa-apa. Karena hidup ini adalah serangkaian lika-liku, jadi aku pikir "Roman(tika)" bisa jadi nama yang apik untuk memanggil anak sulung ini.
"Roman(tika)" ini adalah bentuk dari sebuah perayaan, tempat dimana banyak mata begitu sembab, tempat kata maaf diada-ada, dan tempat dimana begitu banyak persimpangan.
Dia adalah penggalan-penggalan dari aku yang (masih berusaha waras). Dia adalah kumpulan dari kusut-kusut yang berhasil kuurai. Dia adalah marah-marah yang berhasil kuredam. Dia adalah tanya-tanya yang datang jawabnya. Dia adalah perayaan yang nananana. Dia adalah aku yang (mungkin) sama denganmu (siapapun kamu) yang begitu sederhana tapi kadang berharap jadi mulia.
Dia adalah aku yang sempat menangis, meringis, dan kebingungan menyelesaikan setiap malam yang baik. Dia adalah aku yang telah berjalan begitu jauh, tapi lupa bahwa ternyata diri sendiri telah lunglai mencintai kehilangan dan sesuatu yang bukan untukku. Dia adalah definisi dari serangkaian kesabaran dan alur yang lambat.
Dia adalah aku yang setiap pagi membuka mata seperti biasa, lalu bingung akan melakukan apa juga bagaimana menyelesaikannya. Tapi anehnya aku nyaman mengulang itu dan kadang sembrono mengklaim bahwa diri ini bahagia melakukannya. Kadang aku bisa bilang bahwa aku baik-baik saja, tapi semoga aku benar-benar telah terkendali. Karena singkatnya ini hanya tentang bagaimana seseorang akhirnya berhasil melapangkan nasib.
Dan sungguh setiap emosi dan pengalaman hidup berhak dirasakan dan berhak diceritakan. Begitulah akhirnya seseorang berhasil menikmati sesuatu. Begitulah akhirnya aku memberanikan diri meracau. Memang tidak begitu banyak, tapi setidaknya ada satu dan itu akan menjadikanku (juga kamu) merasa cukup. Lebih dari cukup.
Merangkai ini dengan maksud berbicara sekaligus mengingatkan diri sendiri bahwa banyak "ya" yang tidak melulu jadi "ya" dan banyak "tidak" yang tidak melulu jadi "tidak".
Barangkali ini adalah pencapaian terbaikku di tahun 2022. Draf-draf lama yang mangkrak di buku-buku catatan yang sudah mulai kusut itu akhirnya lahir menjadi anak cantik bernama "Roman(tika)". Itu hanya sesuatu yang kecil. Itu adalah tentang perjalanan menjadi manusia berwujud aku. Itu bisa jadi berwujud kamu juga. Itu bisa jadi berwujud kita.
Membaca ini mungkin bisa dilakukan sekali jalan. Itu memang tidak banyak, jadi aku pikir itu akan menjadi cepat selesai. Tapi bagaimanapun itu, semoga setelah membaca (satu judul saja), seseorang bisa terketuk hatinya.
Banyak hal yang terjadi tahun ini, juga di tahun-tahun sebelumnya. Aku pikir itu akan berlaku juga di tahun-tahun selanjutnya. Segala senang, segala sedih, segala yang terjadi biarkan terjadi. Bisa jadi itu akan menjadi semakin, tapi yang penting, semoga kita selalu jadi yang bisa melalui itu dengan senang hati.
Jadi, sudilah seseorang berkenalan dengan anak sulungku dan mendekapnya dengan penuh.
Selamat membaca, dan
mari tumbuh dan sembuh bersama.