Sabtu, 02 Mei 2020

Di Mana Tempat Pulang Ternyaman?

"Aku benci malam sepi, bimbang diri datang lagi, apa memang........... "

Aku tidak sedang bernyanyi, aku hanya sedang membaca sebait lirik lagu. Ya lumayan, sebagai teman. Daripada benar-benar sendirian.

Aku benci malam sepi. Ruang-ruang ingatanku  seketika menjadi penuh, ramai sekali. Aku ingat kisah-kisah itu, tempat-tempat itu, orang-orang itu, semuanya tentang itu. Tentang masa lalu yang sempat membuatku pilu. Tentang sekian banyak tawa yang seketika dipaksa sudah. Tentang mimpi yang begitu saja dipaksa berhenti. Tentang cinta yang sering kalah dengan ego. Tentang aku yang sendiri bertanya-tanya "sebenarnya apa yang aku ingini?".

Malam semakin larut, tapi riuh ini tak kunjung usai. Aku bertanya "kenapa?". Tapi mereka hanya menyuguhkan tawa. Mereka? Siapa mereka? Aku bahkan tidak tahu siapa mereka. Karena hanya ada aku dan bayanganku sendiri di antara remang lampu yang menerangi ruang kamarku yang sengaja kujadikan setengah gelap ini.

"Aku ingin jadi baik, aku hanya ingin jadi baik. Tapi bagaimana bisa benar-benar jadi baik?" kataku.

Kedua mataku mulai basah. Begitu terus. Setiap bertanya, setiap itu juga aku menemukan pembanding. Rasanya menjadi baik saja belum cukup. Aku merasa butuh warna yang lain di hidupku. Aku mencari apa, tapi belum juga kutemukan jawabnya.

Pernah aku terluka, tidak sengaja (mungkin), tapi benar-benar sakit rasanya. Dan kemudian aku meratap sendirian juga melakukan sesuatu yang sama seperti yang sebelumnya. Aku bertanya-tanya "kenapa harus aku?". Tapi hening, aku ditertawakan bayangku sendiri. Oh tidak, lebih tepatnya aku menertawakan diriku sendiri.

Lalu kemudian aku mengajak diriku sendiri berlari di ruang imajinasi, menari-nari dengan mimpi-mimpi yang mulai ku tata lagi. Hatiku sepakat menyediakan ruang lagi untuk sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa menjadikan diriku tersenyum lagi. Aku bahagia, mencoba pulih dengan rangkaian kata-kata.

Berdiri di hadapan cermin, aku menatap diri sendiri, mengucapkan banyak terimakasih untuk apa yang telah terlalui hari ini, dan tak lupa memberikan motivasi untuk hari esok.

"Terimakasih duhai diri, kamu hebat" kataku kepada bayanganku di cermin.

Seharian aku berlarian mengejar deadline kerja yang membosankan. Berulang kali aku mencoba bersembunyi dari riuh sekitaran yang menyebalkan. Dan sesekali aku diam menatap kagum sesuatu yang ku anggap agung.

Sebenarnya aku lelah, memaksakan diriku melakukan dan menjadi apa saja. Padahal kadang aku melakukannya dengan terpaksa dan malah membuatku menjadi bukan diriku sendiri. Menyiksa diri sendiri malah bisa jadi. Dan penat ini, membuatku ingin pulang.

Ya, malam ini aku pulang. Aku pulang kepada diriku sendiri. Tempat ternyaman memanjakan diri. Membicarakan apa saja yang telah ku lalui hari ini, kemudian meminta maaf atas apa saja yang mungkin tidak seharusnya aku perbuat kepada diriku sendiri. Dia menerima, memaafkan dan memelukku dengan hangat di antara dingin malam yang menyeruak. Meski belum lepas sepenuhnya, setidaknya aku pernah ingin mencoba. Meski belum sadar sepernuhnya, aku sudah lebih tahu bahwa ternyata aku hanya sempat kehilangan diriku saja.

Akhir kata aku berjanji akan menjaga diri dengan lebih baik lagi dan berusaha untuk tidak lagi menjadi apa yang bukan aku sebelum akhirnya aku pulas tertidur dan tenggelam dengan segala gerutuan juga janji-janji manisku.

Semoga hari esok akan jadi hari yang lebih baik. Semoga berhasil. Semoga beruntung.

------------------------------------------

Salam Literasi

#Day (9)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....