Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku
pikir aku bisa membuatmu sedikit mengerti tentang apa yang belakangan ini
menjadi kemelut yang hampir membakar diriku sendiri. Ada beda diantara yang
sudah ada. Tapi aku tak mengerti, aku susah memahaminya. Ya, mungkin ini hanya
perasaanku saja, tapi entahlah. Aku benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda.
Kemarin aku
pulang ke rumah lamaku dan pergi sementara dari rumah yang aku tempati
sekarang. Aku berangkat melewati jalanan ramai nan panjang dengan penuh ambisi.
Sambil mengendalikan scoopy, aku sibuk merangkai mimpi, juga merapal doa demi
kesuksekan pertemuan kali ini. Sesampainya disana, aku disambut sebuah senyuman
pada langkah pertama menuju pintu rumah lamaku. Riuh teriakan bahagia hasil
perjumpaan terdengar bersahut-sahutan. Aku meraihnya, satu per satu dari kedua
tangan yang membentang tanda penantian sebuah pelukan. Lepas, sebagian dari
rinduku terhempas. Akhirnya, setelah sekian lama, kami bertemu pada sebuah temu
yang nyata. Kami (tampak) bahagia.
Di hari itu aku mencoba menikmati
semuanya. Hujan, obrolan, permainan, makanan, dan apapun yang aku usahakan
untuk jadi sesuatu yang berkesan. Ah, tapi aku pikir, aku tidak benar-benar
melakukannya. Aku tidak benar-benar menikmatinya. Aku tidak benar-benar
menemukan sebuah kenyamanan.
Berjalan aku menuju sebuah ruang, tapi kosong. Aku tak menemukan sesuatu yang berkesan. Lalu aku keluar menuju sebuah ruang lain, tapi gelap. Aku hanya menemukan kerumunan sepi. Lalu aku keluar menuju sebuah ruang yang lain. Di sana ramai. Tapi aku malah bingung menjawab kerumunan tanya yang ada di kepalaku. Lalu aku diam. Aku memaksa diri menikmati semua yang ada. Sampai akhirnya lelap, sampai akhirnya aku benar-benar melalui semuanya tanpa pernah lagi bertanya apa dan bagaimana seharusnya.
"Aku merasa ada yang berbeda" kataku di perjalanan pulang.
"Apa?" kata seseorang.
"Aku tidak tahu" kataku memandang lurus.
"Sebenarnya aku juga merasakan" katanya menyahut.
"Apa?" tanyaku.
"Rasanya beda" katanya.
"Kita sama" kataku menyerah.
"Kita tak pernah tahu itu apa" katanya lelah.
Dulu rumah lamaku itu hangat. Dulu pada setiap mereka adalah apa yang aku
cari, juga apa yang aku tuju. Dulu ruang-ruang di dalam rumah itu terasa penuh,
terang, juga menjadikanku bergairah. Dulu, tapi itu dulu. Dulu, ya aku masih
merindukan yang dulu dulu.
Mungkin karena sebab waktu, atau lingkungan, atau bahkan karena sebab yang
tidak pernah menjadikan kita sendiri mengerti tentang itu. Beberapa hal memang
bisa menjadi sangat rumit tiba-tiba. Padahal harusnya tidak. Padahal harusnya
semua sederhana. Padahal seharusnya kita tahu yang sebenarnya.
Aku dingin, aku kosong, aku tidak lagi menemukan apa yang aku mau di rumah
lamaku itu. Aku limbung, aku sekarat, tapi aku tak benar-benar tahu apa
penyebabnya. Aku ingin lari, aku ingin memantau dari jauh dan mendapatkan
kesimpulan atas ini. Tapi diam, aku tak bergerak sama sekali. Sampai saatnya
tiba. Sampai akhirnya waktu itu habis bersama dengan pertanyaan yang belum juga
ku temukan jawabnya. Sampai di situ aku berhenti bertanya. Sampai akhirnya aku
pasrah berkata "setidaknya aku tahu ada beda di antara kita semua".
Ya, kita tidak pernah sampai kepada yang seharusnya.
Salam rindu dariku,
Nona manis yang merindukanmu.