Kudus, Mei'19
Malam ini hujan begitu deras mengguyur kotaku. Juga seluruh jiwaku. Malam ini aku diselimuti dingin sekujur tubuhku. Mengeringkan basah yang nyatanya semakin membuatku semakin kuyup. Aku berserah, membiarkan kedua mataku basah.
Malam ini, mamak dan sejuta keegoisannya telah terlelap diantara rintik hujan yang berlomba turun demi membasahi bumi. Aku memandangnya penuh kasih sambil menuliskan sedikit kisahku bersamanya sampai sejauh ini. Tak banyak yang benar-benar aku tahu, kecuali darinya disampaikan penuh cinta kepadaku.
Ini adalah kisah seorang putri yang linglung menyikapi sikap mamak tercintanya. Inginnya terbentur, sama sekali tak dipertimbangkan oleh mamaknya. Anggapnya, mamaknya keras dan tak sedikitpun mempedulikan inginnya. Bahkan sampai sebesar ini, percakapan panjang harus dilaluinya, demi meraih ingin yang dia mau. Ambisi menuntutnya untuk bisa berhasil mewujudkan mimpinya. Dia mulai hilang arah.
Terakhir, pikirnya terbuka. Sedikit celah ia dapat dan senyumnya mulai merekah. Ternyata inilah hidup yang sebenarnya. Putri mamak telah seperti yang mamak harapkan. Insyaallah tak ada lagi riuh ambisi yang berakhir dengan debat yang teramat panjang. Mamak bahagia, meski kadang hal kecil tetap menjadi sasaran gerutuannya. Manusiawi, cerewet memang kodrat seorang wanita. Aku memaklumi, dan lebih memberi tahu diri sendiri untuk tidak melebihi mamak. Aku belajar diam dan tidak mempedulikan apa yang tidak menjadi urusanku. Belum sempurna, tapi aku berjanji akan terus berusaha.
Semenjak aku di luar kota menyelesaikan tugasku sebagai seorang mahasiswi di kota sebelah, aku lebih sering membiarkan mamak sendiri. Terlalu menikmati dunia rantau, membuatku jarang pulang, kecuali ketika waktu benar-benar kosong. Aku bukan tipikal orang yang gemar menyapa orang lebih dulu. Aku lebih suka menjawab daripada mengajukan pertanyaan. Aku terlalu takut diabaikan daripada menyadari diri sendiri bahwa ternyata aku sendiri yang malah sering mengabaikan. Tapi itu dulu, sekarang tidak terlalu begitu. Sekali, dua kali atau pernah berkali-kali aku melakukannya. Menyapa lebih dulu, memberi kabar lebih dulu tanpa harus menerima lebih dulu sebuah permintaan agung. Peka harus tertanam di diri calon seorang ibu bukan? Baiklah, aku mulai belajar tentang ini.
Di akhir masa kuliahku, aku bimbang memilih pekerjaan yang sesuai dengan passionku sebagai seorang calon akuntan muda. Berbagai rekruitmen perusahaan aku ikuti dan gagal ditahap paling akhir adalah nasibku. BUMN, CPNS, bahkan diswasta sekalipun. Semua sama, tidak menjadi rejekiku. Jangan ditanya seberapa sedihnya aku. Atau sudah berapa bulir air mataku yang tumpah. Atau sekian sumpah serapah yang sempat ada. Aku hanya berakhir kepada satu pertanyaan.
"Apa yang salah denganku?"
Setelahnya aku melakukan instrospeksi diri. Mencari bacaan ini itu, demi mencari jawaban atas pertanyaan ku. Dan ternyata kuncinya hanya satu. Ialah restu mamak tercintaku. Entah apa yang dikhawatirkan mamak, aku tidak ingin terlalu membahas ini. Tapi mamak tidak mengijinkanku bekerja di luar kota. Padahal masih ada sederet mimpi yang ingin aku raih. Tapi ya sudahlah, mungkin setelah ini ada jalan lain yang menuntunku untuk sampai kepada mimpi-mimpi lamaku. Aku pasrah, menyerahkan semua kepada Allah yang Maha Kuasa. Kepada-Nya aku tak henti memohon juga meminta.
Allahu Akbar. Betapa aku sangat bersyukur menemukan jawaban ini. Tidak sulit, pun tidak mudah. Karena ternyata inginku benar-benar berbanding terbalik dengan keinginan mamak. Aku harus menyediakan lebih banyak hati untuk bisa menerima ini. Demi mamak dan demi kebahagiaanku untuk mencapai ridhoNya.
Sekarang aku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kotaku. Tidak jauh, hanya butuh 5 menit dengan menggunakan sepeda motor untuk bisa sampai ke sana. Menjadi seorang akuntan muda berbakat yang handal dan menyenangkan. Restu mamak telah sampai. Insyaallah ridho Allah menyertaiku. Aku bahagia, melihat mamak bahagia.
"Mamak seneng bisa lihat endok tiap hari lagi. Sedikit banyak yang endok dapet diterima aja ya. Endok pulang tiap hari ke rumah juga mamak udah bungah kok. Pas endok ga ada tuh rumah sepi. Mamak sendirian ga ada temen."
Huaaaaaa. Nangis kejer (tapi gua tahan. gengsi kali mewek depan mamak haha). Dan ini lebih dari cukup. Aku hanya ingin membaktikan diriku kepadanya juga kepada bapak sebelum calon suami datang untuk meminangku. Waktuku terbatas, sangat sangat terbatas.
"And, this time for me to do it"
Baiklah, inilah sederet cerita colonganku bersama mamak. Lain kali aku ceritakan lagi hal lain yang lebih seru dan lebih bikin haru. Dan berakhirnya cerita ini beriringan dengan alunan suara rintik hujan yang mulai reda sereda tangisanku yang berganti dengan tawa kecil yang kusembunyian sejak lama dengan harapan tidak ketahuan oleh mamak.
Setelah ini biarkan aku berpura-pura terlelap dan benar-benar terbangun dengan senyum yang lebih merekah. Selamat malam dan semoga hari-harimu menyenangkan.
Dariku,
Putri Mamakku
Veni Veronika
-------------------------
#Day5
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
Ridho ortu memang segalanya...
BalasHapusYaps
HapusAku setuju mbak
sejauh apa anak gadisnya merantau pastilah bakalan balik lagi ke ibunya
BalasHapusYa, karena tempat pulang terbaik adalah kembali ke pelukan keluarga
HapusMasyaallah, ridho orang tua memang sangat penting ya.
BalasHapusIya mbak
Hapusibu memang tambatan bagi buah hati...
BalasHapusJadi terharu mbak wkwkwk
HapusApakah ditulis dengan meneteskan air mata? Duh kalau tentang Ibu memang tak akan habis kita mengaguminya
BalasHapusTidak ada air mata yang lewat begitu saja setiap mengingat butir kasih sayangnya mbak.
HapusBiasanya kalau udah diridhoi orang tua itu, biar sulit jalannya, insya Allah tetap bisa. Beda klo org tua g ridho. Mau kita berusaha keras pun kemungkinan berhasilnya susah. Tpi kita boleh kok memaksakan keinginan kita, ya merayu org tua smpai rindho. 😁
BalasHapusYa benar. Sebenernya aku bukan tipikal orang yg nurut banget. Bahkan sukanya ngerayu sampe dapet kata iya dari mamak. Ya meskipun ga semuanya berhasil, setidaknya usaha dah lebih dulu jalan. Hehe
Hapus