Rabu, 15 Mei 2019

Tak Begitu Berharga, Tapi Ini Sangat Berarti


Kebahagiaan adalah sekian banyak hal yang mengukir senyuman. Sebenanya ada yang lebih bisa membuat senyuman itu lebih berkelas yaitu dengan penerimaan dan kerelaan. Hidup bermasyarakat menuntut kita untuk tidak egois. Memahami orang lain justru akan membuat kita dipahami oleh mereka yang kita ingini. Tidak bisa semuanya, tapi minimal ada.

Dilahirkan ke dunia ini adalah sebuah anugerah yang tak semua janin di rahim ibunya merasakan. Tapi meskipun kita datang dan meninggalkan dunia ini sendirian, hidup menuntut hati kita untuk memiliki sosial yang tinggi. Manusia diciptakan untuk saling membutuhkan. Dan dari membutuhkan, kita harus saling membantu untuk sampai kepada apa yang kita tuju. Tidak harus cepat, semua butuh untuk dinikmati sebagai proses dan dikenang sebagai masa lalu.

Aku tak begitu kaya. Tapi alhamdulillah termasuk berkecukupan. Gaji bulananku hanya tersisa beberapa untuk masuk ke rekening tabungan. Entah aku gunakan untuk apa, tiba-tiba hanya tinggal sisa. Dan andalanku untuk bisa menjadi kaya tanpa melihat materi adalah meluaskan hatiku dan hati orang-orang yang ku jumpai. Satu senyum yang ada dihadapanku sudah cukup menandakan bahagia. Apalagi sekian banyak percakapan hangat dengan siapa saja. Aku suka sekali berdialog dengan siapa saja yang aku jumpai. Dengan teman sebaya, dengan bapak mamak, dengan angin, dengan cuaca, atau malah dengan penghuni media sosial yang entah aku tahu atau tidak siapa dia. Aku juga suka berdialog dengan orang-orang baru yang ku jumpai di beberapa tempat. Dengan satpam kampus, dengan teman baru, dengan bapak-bapak yang sebangku denganku di bis, dengan karyawan baru di kantor, atau siapa saja. Aku ingin lebih tahu apa yang sejauh ini mereka lakukan dan mereka rasakan.

Aku tak segan-segan menyapa mereka. Entah hanya untuk meminta tolong atau bahkan hanya sekedar mendengarkan cerita. Di rumah juga begitu, meskipun tidak berhadapan 4 mata, tapi aku sering menundukkan kepala ketika bertemu atau menyapa dari jauh. Sekedar menghargai dan menghormati keberadaan mereka di sekitar kita.

Tapi ini yang paling berkesan di hidupku. Yakni mengucapkan tolong, maaf, dan terimakasih. Aku pikir ini sangat sepele, tapi ini begitu membawa kebahagiaan untuk orang-orang yang menerimanya. Dengan ini, aku seperti lebih dihargai, dia yang melakukan itu terlihat sopan, dan entah mengapa hatiku menjadi lebih bungah mendengar itu semua. Mungkin ini semua juga dirasakan orang-orang ketika aku melakukan itu kepada mereka.

Di kehidupan sehari-hari, aku membiasakan diri mengucapkan itu. Mengatakan tolong ketika membutuhkan sesuatu, menyampaikan maaf ketika melakukan kesalahan, juga menghaturkan terimakasih atas pertolongan yang telah ku dapatkan. Ini ringan (jika kita terbiasa). Tidak untuk hal-hal tertentu, kita butuh dalam semua aspek kehidupan kita. Percayalah tak melulu dengan materi bisa menyenangkan hati orang lain. Bersikap baik sudah lebih dari cukup. Yang penting kita tidak menyakiti dan merugikan orang lain. Tapi tidak bisa dipungkiri, manusia tempatnya salah dan khilaf. Maka segeralah meminta maaf, jika itu terjadi.

Menjadi baik memang tidak mudah. Semua bisa karena kita terbiasa. Meski kadang semua butuh dipaksa untuk berhasil menjadi apa yang kita mau. Jangan lupa menjadi yang menghargai agar kita juga bisa dihargai orang lain. Hidup ini seimbang sayang. Apa yang kita tanam, itulah apa yang akan kita tuai. Jadi, mari saling menjaga diri untuk saling menggenapi.

Selamat pagi dan berbahagialah selalu dengan sepertiga bagian dari ramadhan tahun ini.

--------------------------------.

#Day10
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave

2 komentar:

  1. yup betul ituuu jempool saya juga dulu melakukan hal seperti itu waktu masih kerja kantoran

    BalasHapus

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....