Minggu, 12 Mei 2019

Rumah Bagi Seorang Wanita


Tulisan ini, aku persembahkan untuk para pembaca terutama untuk wanita-wanita di seluruh penjuru semesta. Aku ingin berbagi sedikit dan sudi kiranya kita sebagai wanita sama-sama menyadari hal-hal yang menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya.

Dilahirkan sebagai satu-satunya anak perempuan di keluargaku, membuatku diperlakukan bak barang branded yang sangat dijaga pemakaiannya. Gerakku terbatas dan penuh dengan pertimbangan. Kadang ingin melawan, tapi hati enggan. Pintu surga bukan untuk dilewatkan begitu saja bukan? Ya, baiklah.

Hobbyku travelling. Tapi hanya sebatas ingin saja si. Sekarang aku lebih suka menulis daripada pergi ke sana ke mari mencari yang ku ingini. Larangan ini itu membuatku harus mencari sesuatu lain yang baru. Yang sama menyenangkan dan tentu saja tidak membosankan. Dulu waktu masih kuliah, merantau ke kota sebelah aku suka pergi ke sana ke mari. Keliling Semarang, naik gunung, menyusuri jalanan dan sungai, menikmati lebatnya hutan rimba, sampai di Jakarta, di Bandung dan di mana-mana. Capek tak menjadi masalah, ketika puas diri dihadapan melenggang. Rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Kembali kepada banyak hal yang membuatku seperti hidup di pelataran surga. Bahagia dan sudah itu saja.

Semenjak kembali menjadi anak rumahan, aku kembali menjadi diriku yang dulu. Yang tidak pernah kemana-mana. Yang waktunya habis di rumah entah untuk apa. Yang ingin ini itu tapi tidak boleh, kecuali semua ku lakukan di rumah. Padahal aku masih ingin ke sana, ke ujung dunia bagian sana. Mengagumi Kuasa Allah yang sangat indah sambil menghela panjang sembari menikmatinya.

"Oh mimpi besarku, menjadi nyatalah segera"

Menggerutu setiap mendapatkan penolakan ijin membuatku benar-benar lelah lagi merayu. Meskipun dalam sebulan, 2-3 kali ijin keluar rumah tetap ku upayakan demi mendapatkan penyegaran pikiran setiap weekend tiba. Aku benar-benar membutuhkan ini untuk bisa menemukan sesuatu yang baru atau sekedar menemui teman lamaku atau malah sekedar berkutat dengan ayam goreng kesukaanku. Tapi itu dulu.

Sekarang sudut pandangku bergeser. Pikirku selama ini telah salah. Aku terlalu menganggap dunia luar adalah tempat terbaik untuk mendapatkan apa yang aku cari. Padahal, tidak semuanya begitu. Sekarang, aku sudah mulai berhenti. Belum total memang. Aku masih berusaha mengurangi intensitas keluar rumah. Waktuku sekarang lebih banyak di kantor dan kembali ke rumah. Begitu seterusnya. Tapi jangan dibayangkan. Ini akan terlihat sangat membosankan.

Belakangan ini terlalu banyak hal sepele yang membuatku begitu takut. Aku tidak bisa menceritakannya satu per satu. Terlalu banyak. Kali ini aku hanya ingin menceritakan tentang keberhasilanku berlama-lama di rumah. Bukan karena tidak ada yang mengajakku pergi. Itu termasuk alasan, tapi bukan alasan utama. Alasan utama adalah karena rumah memang terbaik untuk seorang wanita. Beribadah, beraktivitas dan melakukan apapun bisa dilakukan disini. Rumah adalah tempat wajib untuk wanita. Tidak seperti lelaki yang harus ke masjid untuk memenuhi kewajibannya. Wanita malah lebih diutamakan di rumah. Selain alasan keamanan, wanita memang lebih dibutuhkan di rumah. Aku belum berstatus sebagai seorang istri, tapi aku tau tentang ini.

Dulu aku selalu kerepotan setiap ingin pergi. Ingin ke sana-sana tapi dilanda takut. Takut tidak dapat ijin, takut jatuh, takut dijahati, dan ketakutan-ketakutan lain. Bukan memelihara suudzon. Memikirkan kemungkinan terburuk tidak salah bukan. Apalagi kita tidak hidup sendiri. Kita ini membawa diri kita sendiri juga nama bapak mamak, saudara, dan orang banyak. Dan sekali  terjadi apa-apa pasti akan berdampak kepada semuanya. Aku hanya tidak mau terlalu merepotkan orang-orang yang aku sayang.

Akhirnya aku mencari sesuatu yang membuatku betah mendiami surgaku. Ya, rumahku adalah surgaku. Aku yang berkewajiban menjaganya. Salah satunya adalah dengan tidak sering meninggalkannya. Aku mencari segala cara yang membuatku tetap berkembang, meski langkahku hanya sebatas di rumah. Aku mencari titik yang membuatku nyaman.

Dimulai dari ruang favorit. Aku menjadikan kamar tidurku menjadi ruang favoritku setelah ruang tamu dan halaman depan rumahku. Aku pasang foto-foto lamaku di salah satu sisi dinding sebagai teman menjelang tidur. Memandang masa lalu adalah caraku mensyukuri bahwa aku pernah ditempatkan dan dibersamakan dengan mereka yang ada di foto jajar itu.
Kemudian menjadikannya sebagai tempat ternyaman untuk menikmati sujud yang lama juga dialog hangat bersama Yang Maha Kuasa. Aku sampaikan banyak inginku kepada-Nya. Semoga Allah mengijabah doa-doa yang kupanjatkan kepada-Nya.

Hal kedua yang aku lakukan, adalah mencari rutinitas yang tidak menuntutku untuk pergi dari rumah. Salah satunya adalah membaca dan menulis. Koleksi bukuku bertambah satu per satu semenjak aku kembali ke rumah. Benar kata orang-orang. Tidak harus datang ke suatu tempat untuk mengetahui bagaimana tempat itu. Cukup membaca, dan kita akan tahu semuanya. Dan kemudian menulis. Menulis bisa membantuku bersosialisasi dengan khalayak ramai. Bukan hanya dengan bapak, mamak, adek di rumah. Semua penjuru dunia bisa melakukannya lewat media sosial. Tapi ingat, berhati-hatilah. Bijaklah dalam menulis dan menyampaikan sesuatu.

Hal ketiga adalah mencari teman di rumah dan disekitar rumah. Aku sering ke rumah tetanggaku sebentar. Bermain dengan anak balitanya atau mengunjungi dan membicarakan sesuatu bersama teman-teman di sekitar rumahku. Ini hanya selingan, setidaknya hidupku juga mengenal dunia selain rumahku saja. Biasanya sore hari aku menyambangi mereka. Setelah pulang dari kantor dan membersihkan diri. Sesore saja tidak kelihatan, pasti mereka mempertanyakan. Alhamdulillah, aku termasuk yang diperdulikan mereka.

Kemudian selanjutnya adalah menyadari bahwa tempat terbaik untuk wanita sepertiku adalah di rumah. Terjaga, terlindungi, dan tentu saja bermanfaat untuk semua anggota keluarga. Sebenarnya masih ada beberapa alasan lagi untuk menjadikan rumah sebagai tempat terbaik kita. Lain kali aku jabarkan lagi ya.

See You.......

----------------------------------

#Day7
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave

2 komentar:

  1. Emang paling nyaman tinggal di rumah sendiri. Bebas ngapa ngapain, aman pokoke.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya mbak. Terjaga sepanjang masa, insyaallah.

      Hapus

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....