Esok ramadhan akan datang. Sudahkah jiwa kita siap menjamu setiap ketukan yang dihadiahkan kepada masing-masing dari kita? Belakangan ini banyak ku dengar diluaran, siapa saja gemar sekali tersenyum membicarakan kedatangannya. Anak-anak tak henti bertanya kepada Ayah Bundanya perihal kedatangan ramadhan. Ada yang beberapa sudah janjian tarawih bersama atau malah subuhan dan lanjut jalan-jalan pagi bersama. Belum juga yang janjian ikut keliling membangunkan sahur. Ada yang menyiapkan kentongan, botol kaca, ember kecil, dan alat semacamnya untuk digunakan latihan bersama. Orang-orang dewasa juga tidak kalah heboh menyambut ramadhan. Tawaran buka bersama ada dari kalangan mana saja. Selain itu juga mereka sibuk memilah menu buka dan sahur sampai 30 hari ke depan. Seperti akan bertemu sesuatu yang dirindukan, mereka bersiap menyambut dengan penuh senyuman.
Tapi kenapa tidak denganku? Aku malah merunduk pilu dan bergeliat dengan ketakutanku. Banyak yang menggebu diingatanku yang lalu. Ketika apa yang sudah lebih baik menjadi hilang begitu saja. Dan sekarang, menjelang kedatangannya seakan-akan aku melupa dan ingin memulainya dari awal? Tidak. Aku tidak ingin lagi.
Lalu bagaimana dengan yang kau rasakan? Senang menantikan kedatangannya atau malah seperti diriku yang lalai ini? Menyesali yang sudah terjadi padahal membiarkannya pergi tanpa sedikitpun dihargai. Padahal sebelumnya ramadhan ku kejar dan berharap menjaga dengan keistiqomahan diri. Ternyata sesulit ini menjaga hati. Tanpa kontrol diri, semua hilang tanpa arti.
Lalu bagaimana jika ternyata ini adalah kedatangannya yang terakhir? Sejujurnya aku teramat takut membicarakan ini. Takut jika akhirnya aku yang mendahului pergi atau malah waktu yang menemui akhir. Garis takdir selalu menjadi seperti sebuah kejutan bagi siapa saja. Yang diharapkan tak kunjung di hadapan. Tapi yang sama sekali tak pernah dilirik sekalipun datang menemui diri. Dan menebak menjadi satu-satunya cara untuk menelusuri garis takdir.
Semalam usai adzan isya berkumandang, aku bersama teman dan tetanggaku berbondong-bondong ke masjid. Melangkahkan kaki menuju tempat suci yang sudah lama sekali tidak kami singgahi, kecuali pada pengajian tanda peringatan hari-hari besar islam. Kesibukan telah melalaikan sebagian dari kami. Hingga rumah menjadi satu-satunya tempat untuk beribadah. Tidak apa-apa, setidaknya masih bisa beribadah.
Setelah ini, mungkin sampai 30 malam nanti, masjid di kampungku tidak akan gelap lagi setelah sholat isya dilakukan. Ramadhan membuat kami lebih lama di masjid. Di mulai dari semalam, lantunan ayat-ayat suci-Nya menggema sampai ke hati siapa saja yang mendengar. Suasananya tenang, seperti berada di pelataran surga. Anak-anak di kampungku gemar sekali mengaji setelah selesai sholat tarawih. Ya meskipun niat utama adalah bisa mengisi hasil bacaan ke dalam buku agenda yang diberi oleh Bapak/Ibu Gurunya. Kegiatan rutin yang positif, aku seperti kembali ke masa ketika masih MI. Berebut tanda tangan embak-embak yang membimbingku mengaji setelah usai tadarus sambil makan gorengan dan minum teh anget.
Sekarang, sudah tidak lagi. Waktu berputar begitu cepat. Usia semakin bertambah dan sekarang aku bersama teman-teman seusiaku gantian menjadi pembimbing ngaji buat adik-adik. Menyimak dan kemudian membenarkan satu persatu dari bacaan yang mereka baca. Hukum waktu selalu membawa keadilan. Tanpa disadari, Allah memberikan cara untuk kita agar sama-sama bisa merasakan diberi dan memberi, ditolong dan menolong, disayang dan menyayangi, dan masih banyak lagi.
Ramadhan sudah benar-benar tiba. Bulan istimewa nan penuh berkah benar-benar sudah ada dihadapan. Rutinitas di bulan baik ini hadir kembali satu per satu. Puasa wajib, sholat sunnah tarawih berjamaah di masjid, tadarus Al-Quran, silaturrahmi di moment buka bersama dan banyak hal lain telah kembali dilaksanakan. Sebagian orang hanya melakukannya setiap ramadhan datang. Sebagian lagi menganggapnya sebagai sebuah awal dan sebagian lagi menemuinya sebagai akhir. Ketika ajal menemui waktunya dan raga sudah tak lagi berdaya tertimbun dikedalaman tanah.
Aku ada dibarisan yang menganggap ini sebagai awal. Ramadhan, adalah awal bagiku. Awal diri ini menuju kepada Allah. Ramadhan adalah jalan hijrahku. Jalan yang mendekatkanku kepada sesuatu yang lebih baik. Kebiasaan terbaik di bulan ini, semoga selalu istiqomah terbawa sampai akhir hayat. Semoga lalai tak lagi membawa diri ini. Menuruti hawa nafsu yang kapan menemui akhir. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga Allah perkenankan kita untuk istiqomah menjaga diri untuk bisa menjadi hamba yang Allah cintai dan mencintai Allah. Semoga ladang ibadah selalu terbaca oleh kita dan semoga Allah perlihatkan kepada kita kebaikan-kebaikan yang tiada habisnya.
Semua ada pro dan tentu ada kontra. Ramadhan bisa jadi yang menyenangkan atau malah untuk beberapa orang malah menganggap yang sebaliknya. Tapi bagaimanapun keadaannya, mari sama-sama bersyukur karena kita semua masih dijinkan untuk bertemu di ramadhan tahun ini. Semoga Allah melancarkan semuanya sampai akhir.
Aku suka bertemu dengan bulan ramadhan. Tapi sayang datangnya hanya setahun sekali. Andai semua bulan diperlakukan seperti bulan ramadhan. Aku pikir, dunia akan benar-benar menjadi seperti surga. Sejuk, indah dipandangan, bahagia. Dan tentu saja akan menenangkan dan menyenangkan.
Awal tak seharusnya selalu bertemu akhir. Istiqomah adalah penjaganya. Dan diri sendiri adalah penentunya. Semoga niat diri diijabah oleh Sang Ilahi.
Selamat pagi dan selamat menjalankan ibadah puasa pembaca.
_Kudus, Mei'19_
#Day1
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
Ramadan yang datang setahun sekali itu bisa menumbuhkan rindu, dimana ketika jauh kita jadi ingin segera ketemu. Kalau tak pernah jauh, kita tak tahu, betapa berharganya ia. :(
BalasHapusIya mbak, alhamdulillah .Betapa beruntungnya kita yang saling berjahuan dengan ramadhan ini bisa dipertemukan kembali. Semoga bisa menjadi lebih baik lagi ya.
HapusSemoga kita senantiasa menjadi orang yang merasa bangga akan hadirnya Ramadhan
BalasHapusAamiin ya Allah. Menumbuhkan rasa bangga dengan menjadi pribadi yang lebih baik lagi ya kan mbak? Hehe
HapusMemang iya sih ramadhan dirindukan karenaaaaa moment inilah yang bisa buat masjid selalu ramai dengan kegiatan ibadah didalamnya.
BalasHapusNah kan. Andai semua bulan, diperlakukan seperti bulan ramadhan.
Hapussemoga terang oleh al quran ramadan kita
BalasHapusAamiin Ya Allah. Semoga rahmat dan hidayah-Nya senntiasa mengiringi langkah kita ya mbak.
HapusSelesai ramadhan, jadi kendor lagi. Aku :(
BalasHapusJangan lagi terulang di ramadhan ini. Ayo sama-sama belajar istiqomah mbak. Allah Yuftah Alaikum
Hapus