Jumat, 17 Mei 2019

Detik Pertama


Pandangku lengang dilintasi deretan kenangan yang entah kapan bisa terulang. Detik pertama sepertinya hanya akan menjadi yang pertama dan tak terulang. Benar kata kebanyakan orang. Kesempatan hanya datang sekali. Aku beruntung. Meski kecil kemungkinan bisa mengulang, setidaknya ceritaku telah ada terbingkai rapi diingatan. Sekarang aku ingin mengabadikannya lagi lewat liar aksara yang sedang ku rangkai menjadi sebuah cerita. Dan entah mengapa, aku ingin sekali dia membaca meski aku tak bisa memastikan caraku ini akan sampai kepadanya.

Detik pertama adalah degup jantung yang tidak berirama. Entah apa yang membuat diri ini terpaku. Pahamku hanya tertuju pada kabar yang membahagiakan di ujung waktu kala itu. Hembus angin membawaku sampai kepadanya. Merasakan satu per satu dari jawab yang lama ada di lintasan tanya. Degup jantungku seperti kayuhan sepeda seseorang yang sedang dikejar waktu. Cepat, semakin cepat dan membuat nafasku menjadi sangat tidak teratur kala langkah kakiku semakin mendekat ke arahnya. Sekedar terkagum atau apa aku susah mengartikan ini. Akhirnya hanya diam memandangnya dari kejahuan.

Detik pertama adalah mata yang berbinar. Terlihat dari kejahuan sesosok tuan tampan yang lama jadi idaman. Kedua mataku seakan tak berkedip memandang. Mencari butir kekurangan, tapi tak ku dapat. Malah semakin luluh hatiku dibuatnya. Aku mengagumi sosok itu. Seperti ini saja sudah bahagia. Tak perlu aku mendekat, aku ingin menikmatinya dulu seperti ini. Dan entah sampai kapan. Aku serahkan kepada yang Maha Memiliki Hati. Kepada-Nya aku berserah diri dan hanya kepada-Nya lah aku akan kembali.

Detik pertama adalah nama yang tereja. Hatiku berdebar ketika tanganku dan tangannya bertemu pada sebuah jabat tangan pertama itu. Saling mengucap nama dan melanjutkan perkenalan dengan canggung sambil mencuri-curi pandang. Oh Allah, aku benar-benar tak bisa bersikap biasa saja. Ada saja yang membuatku salah tingkah. Ada hembus angin yang tak henti menggelitikku. Dia membisikkan sesuatu kepadaku tapi aku tak bisa menangkap apa yang disampaikannya kepadaku. Isi otakku terlalu diramaikan oleh kemelut yang entah kapan akan berakhir. Aku juga tidak paham dengan cara kerja otakku. Benar-benar tak menentu. Beberapa ku coba memikirkan sesuatu, tapi buntu. Malah dia yang lagi-lagi datang ke ruang kosongku itu. Aku benar-benar ingin lari. Jauh sampai bisa membuat duniaku pulih kembali. Tapi sulit. Jarak memang tak benar-benar membantuku untuk bisa lupa.

Detik pertama adalah nyaring suara yang merdu terdengar. Lembut tutur kata dan apa saja yang diperdengarkannya kepada khalayak ramai telah berhasil menghangatkanku. Seperti kopi hangat yang menemani ujung pergantian hariku. Kau ada bersama hawa sejuk yang mengukir cerita di hati siapa saja. Lagi-lagi aku terjatuh semakin dalam di lubang kekaguman. Rasanya aku tak ingin lagi kembali berdiri, aku takut langkah kakiku membawaku pergi menjauh darimu. Ternyata jatuh cinta bisa membuatku segila ini. Oh Allah ampunilah aku yang tak mampu menjaga hatiku hanya untuk-Mu. Mohon bantu aku untuk bisa mengembalikan semuanya kepada-Mu Ya Rabb. Sungguh hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui semuanya.

Detik pertama adalah keberuntungan yang menjadi nyata. Raga kita saling menyapa meski hati kita belum saling cinta. Mungkin akan jadi cinta setelah kita terbiasa. Lagi lagi aku teringat yang banyak orang-orang katakan.

"Tresno Jalaran Soko Kulino"

Ya, kita butuh untuk terbiasa saling mengagumi, terbiasa bersama, dan terbiasa menabur cinta. Sungguh ini bukanlah sebuah mimpi. Melainkan harapan yang berulang kali terpanjatkan di dalam doa-doa ku. Tak akan lelah hati ini berharap, sampai tanya yang ku ingin terjawab oleh-Nya. Jika ternyata dia dan aku ditakdirkan bersatu, tentu aku akan sangat bahagia dan memanjatkan permohonan yang selanjutnya kepada Allah Yang Maha Mengabulkan Doa. Semoga aku bisa menjadi yang terbaik untukmu dan semoga kamu bisa menjadi yang terbaik untukku. Tapi jika ternyata tidak, aku akan menangisi ini sebentar. Sebentar saja, sebagai sarana pengungkap kecewa karena kebodohanku dan karena ketersediaanku untuk menunggumu. Tak akan lama, aku akan memohon sesuatu yang lain kepada-Nya. Semoga Allah mengirimkanku sosok yang terbaik dan lebih baik darimu. Aku percaya Allah tahu apa yang aku butuh.

Dan detik pertama adalah candu yang berhasil terulang. Doa dan harapan yang terpanjat kepada-Nya. Cita-cita abadi yang nyata masih fana juga cerita-cerita lawas yang tak henti menjadi dongeng di hidupku. Sungguh biarlah ini menjadi urusanku. Jangan hiraukan aku dengan segala hal yang menurutmu tak harus terjadi. Detik pertamaku, biarlah menjadi detik terindah di hidupku. Biar tanyaku ini menelusuri waktu. Mencari-cari jawab yang entah kapan akan bertemu. Pun jika ternyata akhirnya tak seperti yang aku ingin, biar ini menjadi cerita lanjutannya. Semoga dengan jawab itu menjadikan cerita ini sempurna.

Sampai jumpa dipenghujung waktu itu.

----------------------

#Day12
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
##0HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave

6 komentar:

  1. Witing tresno jalaran seko kulino
    seng awal e biasa mundak dadi seneng
    nanging ojo lali yen wes seneng tetep eling kaliyan Gusti Allah

    BalasHapus
  2. Semoga kelak dapat seperti yg kita inginkan bila tidak semoga pada akhirnya kita bisa menerima dan bahagia sebaiknya aamiin

    BalasHapus
  3. Entah mengapa malah fokus sama sepatunya :)

    BalasHapus

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....