Picture by : Pinterest |
Sebuah pertanyaan sederhana datang dari seorang gadis sebayaku. Dia temanku, dan kami sudah seperti saudara sendiri. Belakangan ini, aku suka sekali menulis. Seperti seolah-olah berkata bijak, padahal aku hanya ingin berpendapat saja.
Siang itu sedang tidak ada kesibukan. Kebetulan pekerjaan kami sudah selesai dan kami saling bercerita. Aku menatapnya dengan sungguh. Menyimak sekian receh ceritanya yang terkadang tidak masuk akal. Tapi sebagai pendengar yang baik, aku tetap mendengarkannya meski sesekali hilang mood karenanya. Dan tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul darinya.
"Nulis terus, buat apa si pen?
Dapet duit emang?"
Aku diam, bingung memulai menjawab dari mana. Dia mengeryitkan dahi, seperti memberitahu tentang keheranannya kepadaku. Ketahuilah, ada banyak sekali alasan melakukannya. Dengan kerelahan hati yang penuh cinta, aku menjadikannya sebagai sebuah hobby baru.
Bagiku, menulis adalah mediaku untuk berbicara. Menyampaikan sekian banyak hal kepada dia yang ku jadikan tujuan. Aku bukanlah sosok yang begitu hangat menyampaikan sanggahan. Sesekali aku dikuasai amarah dan nada bicaraku menjadi tak terkendali. Beberapa kali aku menyesali ini. Tapi waktu tak akan berhenti apalagi berbalik arah. Sekarang, tugasku adalah memperbaiki diri menjadi lebih manis, lebih hangat, dan lebih baik lagi.
Menulis menjadikanku sebuah aksara yang menari-nari di atas kertas lewat goresan pena. Aku merangkai diri menjadi aksara demi aksara sampai berhasil menjadi barisan kata yang meruntut sebuah cerita. Aku bukan pembicara yang baik apalagi bijak. Sama sekali tidak, aku hanya ingin orang lain tahu bagaimana mau yang aku maksudkan. Karena bibir tak selamanya terkendali dan apalagi hati yang kita punyai. Aku menjaga hati kita lewat kata yang tertata dan rapi berbaris diantara baris-baris deretan aksara itu.
Menulis membantuku masuk ke dalam jiwa-jiwa yang rela membaca karya yang masih tergolong usang ini. Aku ingin sekali larut dalam suasana hati yang sedang dirasakan oleh orang-orang. Aku ingin mengerti menjadi mereka. Sedihnya, bahagianya, bimbangnya, riuh pikirannya, semua.
Menulis membantuku menjadi apa saja. Hujan, daun, angin, senja, seorang ibu, atau bahkan seorang perempuan yang sedang menggilaimu. Aku bisa menjadi apa saja yang aku atau yang bahkan kau inginkan. Menjelma menjadi semudah ini dengan menulis.
Menulis membantuku menjadi abadi. Aku ingin berkarya, sebelum hilang nyawa. Jika aku beruntung, aku akan dikenang sebagai seorang penulis. Pundi-pundiku mengalir dari hasil penjualan karyaku dan aku bisa mengelilingi Indonesia untuk memperkenalkan itu. Allahu Akbar, insyaallah. Tapi jika takdir berkata lain, setidaknya ada yang sudah tersampaikan kepada orang-orang yang aku tuju meskipun hanya secara tersirat. Aku ini penakut, mana berani menyampaikan apa-apa apalagi kepada dia yang ku cinta. Nyaliku menciut. Payah memang.
Menulis mempertemukanku dengan orang-orang baik yang sejenis denganku. Yang sukanya bercerita, yang gemar berbagi pengalaman, juga senang sekali memotivasi. Aku bahagia dipertemukan degan mereka semua, meskipun belum secara langsung. Setidaknya dunia maya bisa menyandingankan kita untuk sekedar berdialog bersama membicarakan apa saja yang sedang menarik bagi kita semua. Cukup menyenangkan sebagai sebuah pertemuan awal.
Dan tidak ada yang istimewa dari seorang penulis. Kecuali deretan katanya yang berhasil mengetuk hati pembacanya. Dan aku bukan menjadi diantara mereka. Atau begini lebih tepatnya. Aku belum menjadi diantara mereka. Aku masih belajar menjadi sepertinya. Seorang penyair yang hebat atau sekedar seorang budak cinta yang haus akan kata-kata. Halah bagiku sama saja. Setiap jiwa memiliki hak untuk itu. Asal mereka mampu dan tentu saja mau. Karena mampu tidak akan berjalan tanpa kemauan dan begitupun sebaliknya. Semesta memang selalu begini. Saling melengkapi tanpa sedikitpun menggurui. Sederhana sekali.
Salam Literasi.
---------------------------
#Day25
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
Tulisan paling jujur bertanggungjawab yang pernah aku baca. Salut luar biasa, ternyata aku harus mengakui akan sebuah teori; 'wanita adalah makhluk paling jujur.'
BalasHapus