Jumat, 24 Mei 2019

Sajak Tungguku Untuk Bapak

Picture by: Pinterest

Menghitam kulit tubuhnya
Tapi tidak dengan uban di kepala
Keriput raut wajahnya hilang
Tersangga oleh seunting senyum
Harapannya membesar
Ditemani kopi hitam kesukaannya
Diseduhkan penuh cinta
Oleh orang yang pernah dan mungkin masih dicintainya
Batas senja
Adalah saksi setiap cerita kita

Bapak kembali
Menghambakan diri di sepanjang hari
Langkahnya telah berhenti
Kini dia kembali pada hati yang pernah dibuatnya mati

Tapi angin ribut datang menerpa
Membuat batinku terkoyak hebat
Aku ingin lari
Jauh
Sampai tak ada lagi yang ku temui
Aku ingin sendiri
Mencari sepasang tanya beserta jawab
Yang lama ku cari
Yang tak kunjung ku temui

Begitu sulit
Tapi biarlah
Biar tangis yang menjadi saksi
Biar air mata ini membasahi pipi
Biar semesta mengerti
Bahwa yang mati sulit hidup kembali
Bahwa meski sembuh menjadi ujung dari segala luka
Bekasnya tetap ada
Diakui atau tidak

Bimbang diri menerima
Tapi menolakpun tak sanggup ku jalani
Aku tidak ingin lagi
Ditinggalkan sendiri di jurang keterpurukan
Diduakan dengan hati yang tak pernah aku inginkan

Tapi aku siapa?
Aku bukan siapa-siapa
Hanya cucu hawa
Yang beruntung didekap nyawa hingga waktuku dewasa
Hanya seorang anak yang satu-satunya dipunyai Bapak
Ya aku adalah putri Bapakku
Dan Bapak akan selamamnya menjadi Bapak

Lelaki itu
Bentuk cinta tanpa bicaraku
Bekas luka abadi yg tertancap di dadaku
Sekaligus narasi cinta abadi di kehidupanku
Berdamai dengan takdir diri
Aku tak akan menghakimi lagi
Aku berhenti
Aku menyerah pada takdir diri
Berulang kali aku mengetuk
Berulang kali aku kembali
Berulang kali aku memohon
Berulang kalipun aku ditolak
Dan sampai pada ketukan ke berapa entah
Aku berhasil
Pintu hatiku terbuka
Aku menerima

Mungkin karena masih ada cinta
Dan mungkin ini adalah jalannya

Aku mencintai Bapak
Aku mencintaimu pahlawan hidupku
Engkaulah penanggung jawabku
Semoga surga Firdaus menjadi hadiah terbaikmu kelak

Bapak
Adalah satu terbaik yang ku miliki
Meski jarak membentang
Meski waktu dengan jahatnya memisahkan
Suaranya tetap menjadi sesuatu yang ku rindu
Kusut wajahnya tetap menjadi sesuatu yang ku tatap dari jauh
Nasehatnya tetap menjadi sesuatu yang ku tunggu

Kopi Bapak sudah dingin
Tapi Bapak masih saja menikmati seduhan
Mungkin ini cara Bapak menunggu masa-masa penghabisan
Hingga garis takdir benar membawanya benar menghilang

Seperti kopi
Seperti ini yang aku jalani
Menikmati dunia dalam cangkir kehidupan
Menunggu sebuah masa kepergian
Hingga aku, Bapak, atau orang-orang yang ku sayangi benar pergi menghilang

Seperti Bapak
Aku juga sedang menikmati kopi
Menikmati seduhannya di batas senja bersama Bapak
Enak
Mungkin karena ada Bapak disini
Kataku sambil menyeruput kopiku
Tapi sayang
Tidak ada pelukan
Hanya ditemani ocehan 
Ahh tapi tidak apa apa
Tetap manis

Bayang bayangku menerka


(Kudus, Mei 2019)

----------------------------------

#Day19
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....