Nafasku masih terengah. Pintu ruangan kantorku baru saja ku buka. Kebetulan sudah ada Hani. Padahal biasanya dia berangkat lebih siang dariku. Atau malah aku yang kesiangan. Oke baiklah, terserah.
Pagi ini aku hampir telat berangkat ke kantor. Dari semenjak bangun aku asyik menyimak bahasan yang rakyat Indonesia sedang hebohkan akhir-akhir ini. Twitter menjadi satu-satunya yang paling lama aku simak. Subhanallah, betapa miris hati ini melihat satu sama lain saling hujat hanya karena hal-hal yang menurutku terlalu sayang untuk diributkan.
Aku tak benar-benar tahu apa yang terjadi. Politik memang benar-benar membuatku muak. Terlalu banyak hal yang menurutku tak seharusnya mereka lakukan. Sama sekali tidak dewasa. Halah malah bahas dewasa. Bahkan setua inipun aku tak pernah benar-benar menjadi dewasa. Susah. Tapi aku tetep belajar. Tolong bantu doa ya. Jangan malah dihakimi. Cukup mereka aja yang kayak gitu. Kita jangan. Berat cahhh. Nah kan, malah tambah ngelantur.
Oke, mari kembali ke laptop. Sebenarnya aku tak ingin membicarakan apapun tentang ini. Sungguh tak pernah ada ujungnya. Buang-buang waktu. Tapi hati semakin geram membaca dan menyimak rentetan berita tentang politik di negeri tercinta ini. Rasanya aku ingin mengajak siapapun yang benar-benar tahu tentang ini untuk duduk bersama sambil ngopi di angkringan dan menikmati pergantian senja hari ini. Aku ingin bertanya bagaimana kronologi cerita yang sebenarnya. Aku ingin juga berbagi pendapat dengan mereka. Agar pikiranku ini tak sesempit yang sekarang ini. Aku terlalu menutup diri dalam hal ini. Hidupku sudah terlalu rumit. Sungguh tak ingin lagi ku tambah dengan hal-hal yang tak ku tahu kebenarannya. Kecuali perihal bahasan nggibah yang gemar kami lakukan. Ah tapi tidak, tidak separah itu juga.
Aku tak pernah mengerti dengan pikiran orang-orang diluaran. Susah ditebak. Sukanya pake sudut pandangnya sendiri. Aku juga sering begini, tapi lama-lama capek. Lagi-lagi, aku masih belajar untuk bisa menjadi lebih baik. Sekali lagi, doakan aku dan jangan dihakimi. Kalau menurutmu belum berhasil, biarkan aku menikmati ini sebagai proses.
Polemik politik di Indonesia tak pernah padam. Semenjak penentuan 2 kandidat calon presiden terpilih, pendukung 2 kubu itu berlomba-lomba mengagung-agungkan paslon kebanggaanya. Oke aku masih biasa saja. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa ada dipemilu, pilkada, dan sejenisnya. Tapi haruskah diantara kita saling menjatuhkan satu sama lain? Dari sekian banyak cuitan yang terbaca dan terlihat olehku, hampir semuanya berujung saling menjatuhkan. Dan lagi bukan hakku untuk meminta mereka berhenti melakukan ini.
Dan berlanjut ke hari H pelaksanaan pemilu yang bikin trauma berat. Rasanya aku tak ingin menjadi anggota KPPS. Capeknya Subhanallah. Tapi alhamdulillah masih sehat sampai sekarang. Turut berduka cita untuk pahlawan demokrasi yang gugur setelah pelaksanaan pemilu. Semoga Allah menerima segala amal, mengampuni segala dosa, mengindahkan alam kubur, dan menempatkan anda semua di tempat yang terbaik di sisi-Nya.
Tahun ini tahun pertamaku menjadi anggota KPPS. Jujur aku tak pernah berfikiran untuk menjadi anggota KPPS. Tapi Maha Baik Allah yang telah mengirimkan salah satu tetanggaku untuk menawariku menjadi salah satu dari anggotanya. Aku menerima tawarannya dan menjalankan tugas pertamaku sebagai seorang anggota KPPS. Sepintas terlihat hanya sekedar menulis ini itu, tapi coba kalian benar-benar terjun ke lapangan. Subhanallah, capek buk. Bayangin berapa lembar kertas suara yang harus kami tulis satu per satu. Bayangin berapa waktu yang harus kita korbankan untuk melakukan perhitungan, antri fotocopy form, sampai melengkapi semua persyaratan yang ada dengan sosialisasi yang begitu minim. Belum diributin saksi-saksi partai dan sejenisnya yang kadang kurang pengertian. Jangankan mandi, makanpun baru malam hari. Kami berpikir satu, ingin secepatnya selesai, kemudian merebahkan badan, dan hidup normal kembali.
Tapi masih ada yang tega bilang "cuma sekedar nulas nulis doang mah gampang". Hei, tidak segampang itu Maemunah". Aku aja ga yakin kamu bakalan kuat nulisin form segitu banyaknya sendirian. Ga usah ngomongin partner, aku ga pengen bahas ini ya. Jujur aku ga rela, capekku dinilai dengan kata "cuma", sekalipun yang mereka katakan tidak sepenuhnya salah. Bahkan anggota KPPS yang notabennya ada di tingkatan paling bawah dari panitia pesta demokrasi ini juga menjadi bagian penting. Coba bayangkan jika tidak ada kami, apa tidak menjadi hal yang merepotkan untuk tingkatan panitia pemilu di atas kami? Mungkin ada hal yang belum aku mengerti dari apa yang mereka bicarakan. Tapi tidak bisakah mereka menyampaikan dengan kata-kata yang lebih tidak menyinggung kami?
Dan sekarang, setelah hasil pemilu diumumkan di demo besar-besaran. Bahkan ada yang minta dilakukan pemilu ulang. Sedangkan mereka tau, bagaimana rumitnya melakukan serentetan pesta demokrasi yang setiap hari menimbulkan hujatan di hadapan rakyat. Juga dengan banyaknya pahlawan demokrasi yang gugur setelahnya. Tolong, bagi yang tahu saja. Tolong berikan aku pencerahan tentang ini. Agar sudut pandangku meluas dan tak menganggap kalian yang sering perang kata-kata itu jahat.
Dan sekarang ada demo besar-besaran setelah pengumuman pemilu? Apalagi yang membuat mereka bertindak seperti itu? Tolong aku lagi, jelaskan juga kepadaku apa motif di balik semua ini. Aku sama sekali tak habis pikir dengan semua yang terjadi. Sungguh terlalu banyak rakyat yang dirugikan daripada mereka yang merasa dirugikan kemudian menjadi massa demo dan merusak semuanya. Dan bagi kalian semua yang ingin berjihad, kenapa harus lewat ini. Bukankah masih banyak lagi cara jihad yang lebih bersahabat dan lebih merangkul semua pihak? Lagi-lagi aku bukan siapa-siapa yang bisa meminta mereka untuk menghentikan kerusakan ini.
Jangan sampai hanya karena materi kita semua jadi buta dan membenarkan apa-apa yang salah. Pun jangan membawa embel-embel agama untuk menghalalkan apa yang kita mau. Islam itu damai sayang. Bukan anarkis seperti yang kalian lakukan ini. Bukankah semua bisa dikomunikasikan dengan baik? Aku pikir bisa. Tapi kembali kepada kita mau bersabar atau tidak.
Aku tidak tahu mana yang lebih baik. 01 atau 02 bagiku sama saja. Sama-sama akan memegang amanah bukan? Tapi tidak semuanya bisa mempercayai. Pun tidak ada yang bisa membatasi. Sekarang kembali lagi pada diri sendiri. Lakukan apa yang baik menurutmu. Dan jangan lupa untuk menjadi baik dan menjaga semua agar tetap menjadi baik.
"Waktu kita (semoga) masih lama sayang , tidakkah kau ingin menghabiskannya dengan berkasih sayang denganku dan juga dengan semua yang berkaitan dengan Indonesia?"
Aku mohon hentikan. Hujatan, cacian, hinaan, dan apa saja yang sedang tidak sejalan denganmu, simpan. Jangan membuat kegilaanmu itu menjadi penyakit yang berhasil menguasai hatimu. Aku menyayangimu saudaraku. Tolong, pikirkan lagi.
Semoga ricuh yang masih berlangsung segera berakhir. Semoga yang belum rela segera terbuka pintu hati dan pikirannya. Semoga hasil yang telah ada adalah keputusan yang terbaik untuk kita semua. Allah tahu apa yang kita butuh sayang, Bismillahirrahmanirrahim inilah jalannya.
Dan selamat memegang amanah Bapak Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Semoga amanah sampai akhir dan semoga Allah senantiasa meridhoi langkah-langkah yang anda ambil. Allah Yuftah Alaikum bapak. Semangat.
Salam Literasi
-------------------------
#Day 17
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30RamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
Semoga indonesia cepat damai
BalasHapusAamiin Ya Rabb
HapusKonotasi jihad di jaman sekarang bukan lagi berperang dan meninggal akibat dibunuh musuh. melainkan melakukan tugas berat dan mulia serta berguna bagi semua orang yang membutuhkan dan meninggal ketika melaksanakan tugas tersebut itu baru jihad
BalasHapusSiap mamah
BalasHapus