Beberapa perpisahan ada tanpa adanya kesepakatan. Satu pihak merencanakan, satu pihak tiba-tiba terkejut. Satu pihak tahu, tapi tidak dengan yang lain. Atau malah bisa jadi kedua-duanya sama-sama tidak mengetahui. Kodrat manusia adalah saling meninggalkan. Entah menjadi yang ditinggal atau malah menjadi yang meninggalkan, aku pikir ini sama-sama berkaitan dengan kepergian. Dan kepergian paling menyedihkan adalah kematian.
Kematian adalah ujung waktu yang sama-sama kita tunggu tanpa bisa kita tau kapan datangnya. Kematian adalah ujung yang benar akan kita jumpai tanpa benar-benar kita siapkan bekal menuju ke sana. Kematian adalah perpisahan yang abadi.
Seperti ini, seperti yang sedang aku takutkan. Yang sehat tiba-tiba hilang nyawa, yang sakit lama masih bertahan. Baiklah, kejutan hidup memang tidak ada yang tahu. Kita hanya perlu mempersiapkan diri untuk sampai di garis finish dengan selamat. Semoga surga firdaus senantiasa menjadi rumah abadi kita di akhirat kelak. Aamiin ya Rabb.
Ingin menolak, tapi sama sekali tak punya daya. Satu melihat dari sisi kebahagiaan . Satu lainnya melihat dari sisi kesedihan. Ya sudut pandang, memang menuntut kita untuk bisa menerima apa yang sedang ada dihadapan.
Seperti hidup, seperti mati, seperti hujaman lara yang tiada henti. Begitu matang direncanakan oleh Yang Maha Kuasa, tapi sulit dipahami oleh kaum awam seperti kita ini.
Tapi kenapa kita harus sedih berkepanjangan? Sedangkan yang terbaik selalu dihadiahkan-Nya untuk kita. Toh kelak kita harus bisa berdiri dengan jiwa raga sendiri. Toh kelak kita akan kembali menghadap Sang Ilahi sendiri. Jadi tidak masalah bukan, ketika yang sengaja atau malah sengaja kau cintai meninggalkanmu sendiri?
Apapun yang berada di jagat raya ini mempunyai masanya sendiri bukan? Kau, aku, dan kalian semua sama. Kita sama. Sama-sama harus menguatkan diri. Sama-sama harus mempersiapkan diri.
Bersedihlah. Sebentar saja ya. Secukupnya saja. Kalau dirasa sudah cukup, kembangan lagi senyuman. Jangan mau kalah dengan belenggu kesedihan. Kehidupan ini harus berlanjut dengan atau tanpa adanya orang-orang yang sudah tidak lagi ditakdirkan untuk bersama dengan kita.
Dan jika nanti aku pergi, jangan ditahan. Dilepaskan saja. Aku ini sementara dan memang akan tiada. Jika kau beruntung, kau akan menemukan yang lebih dariku. Atau jika yang terjadi malah sebaliknya, maka tetaplah anggap dia sebagai dia dan tanpa sedikitpun mengharap yang sama sepertiku. Beberapa hal memang datang sebagai ujian. Kau harus menerima ini.
Dan aku akan melakukan hal yang sama dengan apa yang ku mohonkan kepadamu. Semampuku. Sebisaku. Tapi jangan memaksa, aku butuh waktu untuk itu.
Ini mudah, tapi susah ternyata. Sambil berusaha, jangan lupa diiringi dengan doa. Semoga beruntung.
From me,
Veni Veronika
-------------------------
#Day6
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
susah memang kalau sudah membahas tentang kehilangan. saat kita tak merasakannya bisa kita berbicara tentang kehilangan. namun saat kita merasakannya sakitnya luar biasa meski kita sadari nggak ada yg abadi di dunia ini
BalasHapusBener mah. Subhanallah, susah emang ngondisiin hati
HapusTime will takes away the pain, insyaAllah.
BalasHapusAamiin Ya Allah
BalasHapus