Usia akan membawa kita menuju dewasa. Bersedia atau tidak ini harus jadi penerimaan untuk kita semua. Di sebuah perjalanan hidup, setiap jiwa melalui prosesnya masing-masing. Bahagia atau tidak lagi-lagi harus diselesaikan dengan syukur dan rela hati. Begitu pula denganku dan juga kita semua. Harapnya cuma satu. Semoga apa yang akan atau sedang terjadi bisa sesuai dengan apa yang kita mau. Tapi kalau ternyata tidak, semoga Allah senantiasa memampukan diri kita untuk bisa melalui garis takdir pemberian-Nya.
Sore ini aku bertemu dengan dia yang biasa ku panggil "I-Cuy". Laju motor yang kami kendarai mengantarkan kami ke sebuah pusat pembelanjaan di salah satu sudut kota kami. Ada yang harus kami cari untuk memenuhi keinginan hati kami. Kami mencari sambil menceritakan ini itu. Bertemu dengan waktu yang tak bisa kami prediksi, membuat tampungan cerita kami hampir penuh. Akhirnya setiap bertemu ceritanya tumpah riuh. Kami ramai berdua dan kemudian berebut jatah bercerita. Ohh dasar wanita, tak pernah berhenti bicara ketika dilanda bahagia.
Sore ini, aku terpaku pada satu topik yang sedang kami bahas. Satu kalimat itu berhasil memukulku. Aku jatuh dan entah bagaimana bisa terbayang sampai detik ini.
"Apa yang membedakan di umurmu yang dulu dengan yang sekarang?"
Baiklah, pertanyaan ini sederhana. Tapi aku pikir selama ini aku tak begitu menghiraukannya. Cita-cita selalu ada tapi bagaimana dengan setelah itu tak pernah benar-benar aku pikirkan. Hidup adalah proses dan aku menikmatinya tanpa pernah menimbangnya. Tapi harusnya menilai tetap perlu untuk menjadikan ini sebagai pembanding.
Katanya, yang pertama dan yang paling menonjol adalah tanggung jawab. Aku setuju, semakin bertambah umur semakin bertambah tanggung jawab. Dulu pas masih kecil, kita adalah tanggung jawab bapak mamak. Tapi setelahnya, tanggung jawab berpindah ke diri sendiri dan kelak akan menjadi yang mempertanggungjawabkan. Hidup ternyata semenyenangkan ini. Pernah diberi dan akhirnya memberi. Ya begitu kurang lebihnya. Satu yang harus sama-sama kita lakukan adalah melakukan yang terbaik yang kita bisa.
Kedua yang aku rasakan adalah lingkaran pertemanan. Tempat baru akan senantiasa mempertemukan kita dengan orang baru. Sebenarnya aku paling takut pergi ke tempat baru. Takut pisah sama orang lama terus ketemu orang baru. Eh pergi lagi dan ketemu orang baru lagi. Siklus. Tapi inilah yang akan membantumu menemukan mereka yang benar-benar ada di dunia ini untukmu. Waktu akan menuntunmu menemukan mereka yang benar bisa membuatmu tetap ada dengan dirimu yang apa adanya. Bukan yang malah menjadi orang lain. Berhati-hatilah dan mari mencari teman yang bisa saling mengingatkan demi menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Lanjut ke perubahan ketiga. Adalah perihal waktu dan materi. Dulu, pas masih sekolah, waktu serasa panjang. Langkah jadi leluasa ke mana-mana bareng mereka yang kita punya. Tak melulu ke tempat elit, yang penting bisa bersama. Sungguh nikmat yang sangat luar biasa. Tapi setelah jadi pekerja, materi teratasi. Meski tak jarang harus mengalahkan salah satu dari kebutuhan. Tapi waktu habis begitu saja. Seharian di tempat kerja dan jarang kemana-mana. Setelah lelah tertampung, waktu istirahat menjadi sesuatu yang sangat berharga. Waktu kumpul sama mereka yang kita punya jadi berkurang atau malah tidak sempat masuk agenda. Jangankan untuk teman-teman lama yang dulu sering banget ngumpul, quality time sama diri sendiri aja susah. Apalagi sama mereka. Aku sendiri sangat bersyukur, meskipun setahun sekali aku masih dikasih kesempatan Allah buat ketemu orang-orang lama di hidupku. Setidaknya, ada temu yang membayar tumpukan rindu. Ciahhhh.
Perubahan keempat. Pandangan hidup bukan melulu soal dunia. Ada yang lebih kekal yang harus kita persiapkan. Mau tidak mau, kita harus memaksa diri untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Ingatan tentang mati harus selalu di hati karena tidak ada yang tahu kapan ia benar datang menghampiri. Dulu pas masih kecil, ibadah biar dapet reward dari bapak mamak. Sekarang udah gedhe, ibadah karena Lillahi Ta'ala. Karena sadar banyak yang kita pinta, maka mendekat kepada-Nya bisa jadi jalan untuk menjadikan semuanya menjadi lebih mudah. Pun karena kelak, ada banyak generasi yang membutuhkan kita untuk memberikan arahan di kehidupannya sebelum akhirnya mereka beetumbuh dan menggantikan kita semua.
Perubahan kelima. Bahwa sumber bahagia adalah bisa membahagiakan orang lain. Dulu pas masih kecil, dapet yang kita pengen aja dah bahagia sekali. Sekarang, bisa nyenengin orang-orang terdekat aja senengnya ngalahin isi dunia. Ah intinya bahagia bukan hanya bersumber dari diri sendiri melainkan dari banyak hati yang sudi menerima apa yang dipersembahkan diri ini. Sesederhana ini ternyata mengartikan bahagia.
Sebenarnya ada banyak sekali perubahan yang mengiringi pertumbuhan usia. Yang pasti, ada banyak pelajaran hidup didalamnya.
Setelah ini, coba kita renungkan kembali. Kita syukuri apa yang sudah kita punya dan kita kejar lagi apa yang sempat dan masih menjadi cita-cita kita. Perubahan yang ada bukan untuk menjadi sebuah hal yang disesali ataupun menjadi sebuah hal yang layak kita sombongkan. Semua ada agar kita bisa menghargai proses hidup kita masing-masing.
Dan itulah sekian dari perubahanku sampai sekarang ini. Bagaimana denganmu? Tapi apapun yang terjadi, semoga Allah senantiasa membersamai kita dengan orang-orang dan sesuatu yang baik.
Aamiin ya Rabb
--------------------------------.
#Day11
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave
Tidak ada komentar:
Posting Komentar