Senin, 06 Mei 2019

Menjadi Bermanfaat Dengan Ilmu dan Pengalaman


Sekian banyak mamak-mamak mendatangiku dan inginku melaju menjadi lebih kuat. Ini bukan sebuah perlombaan, bukan pula pertunjukan, atau malah sebuah pelarian. Aku tak bisa melakukan banyak hal untuk bisa menjadi lebih hebat. Bagiku, berniat mengubah diri menjadi yang lebih baik saja sudah lebih dari cukup. Yang terpenting aku tidak mencurangi dan menyusahkan orang lain. Syukur-syukur malah bisa menjadi yang bermanfaat. Aku banyak bermimpi tentang ini, menyenangkan banyak hati dengan usaha yang tak begitu sulit dilakoni. Menyenangkan bukan?

Semenjak aku meninggalkan kota rantau dan memutuskan untuk kembali ke rumah, aku dimintai tolong menemani anak-anak tetanggaku belajar. Mereka meminta ibu-ibu mereka agar bisa menyampaikan keinginan belajar mereka kepadaku. Aku bilang menemani, karena aku tidak mau disebut mengajari. Aku bukan guru, bukan pula ahli di bidang itu. Aku hanya seorang akuntan yang punya impian lebih di bidang yang lain untuk mengembangkan potensi diri. 

Seperti ini sekalian menjadi media pembelajaran untukku. Bagaimana mengikuti kurikulum pendidikan yang sekarang, juga mencari cara asyik supaya menumbuhkan minat belajar dan mencari cara terbaik untuk memudahkan mereka memahami bab pelajaran yang mereka bingungi. Ini adalah sebuah tantangan. Aku tak pernah punya ilmu bagaimana menjadi seorang guru, kecuali bekal ilmu dan juga kesabaran serta keikhlasan hati. Aku pikir ini modal terminim yang aku punya. Tapi aku pikir, setiap orang adalah seorang guru. Entah dinilai dari hal pengalaman atau benar-benar menjadi seorang guru.

Berbagi sedikit mengenai kurikulum terbaru. Aku pikir orang tua yang harus mengambil langkah lebih ekstra untuk meringankan anak-anaknya belajar. Kurikulum yang sekarang lebih banyak soal-soal dibandingkan materi. Materi pengantar di buku yang dipakai hanya sedikit dan tidak cukup untuk menjawab semua soal yang harus dikerjakan anak-anak. Bagi orang tua yang tidak mengikuti perkembangan zaman pasti akan susah meringankan beban anak-anaknya pada saat belajar. Ya benar, memang tidak semua orang tua dianugerahi pemikiran yang lebih di bidang ini. Dan untuk menggantikan perannya, banyak orang tua yang mencarikan orang-orang yang berpotensi lebih untuk menemani anak-anaknya belajar.

Sebenarnya banyak tawaran rupiah yang datang kepadaku. Tapi tidak ku terima. Sekali lagi, aku bukan seorang guru dan tidak berniat menjadi seorang guru. Bisa menyaksikan mereka mau belajar dengan niat sendiri saja, aku sudah bahagia. Ini pintu pertamaku menyalurkan ilmu. Aku pikir sesuatu yang dilakukan dengan kesadaran sendiri, akan lebih bisa diterima dibandingkan dengan sesuatu yang dipaksakan. Aku hanya ingin membantu dan mengamalkan ilmu yang ku punya. Biarkan ini menjadi jalan surgaku. Semoga ilmu yang aku punyai menjadi bermanfaat dan menjadi berkah untuk kami semua.

Baiklah, memang tidak semua materi ku kuasai. Tidak jarang juga aku membaca terlebih dahulu ketika mengajari, bahkan sesekali bertanya dengan google. Apalagi ketika menghadapi mata pelajaran sejarah ataupun IPA. Sejak SMK pelajaran seperti sejarah dan IPA hanya menjadi pelajaran sampingan, sedangkan pelajaran pokok yang aku pelajari adalah perihal akuntansi. Oleh karena itu, setiap menghadapi mata pelajaran seperti sejarah dan IPA, aku memahaminya lebih dulu, baru setelah itu aku jelaskan kepada mereka semua dengan pemahamanku. Ini tidak mudah, bahkan aku lebih menyebut ini sebagai belajar kelompok. Bagaimana tidak, bukan hanya mereka saja yang belajar. Yang dipasrahi mengajari juga belajar dulu. Kadang aku merasa lucu mengenang ini. Tapi beginilah jalannya. Setidaknya mereka terbantu.

Dan alasan kedua setelah itu, aku tetap ingin menjadi bebas tanpa terikat sesuatu selain tuntutan sebagai karyawan kantor. Ketika kadang ada acara mendadak di kantor atau ada acara keluar bersama teman-teman, aku memilih pergi bersama mereka. Anak-anak belajar sendiri dan di kemudian hari kita lanjutkan belajar lagi. Aku ingin memerdekakan diri sejenak. Berhenti melompat dari kelompok kelas 1 ke kelompok kelas lain sampai tugas mereka benar-benar selesai. Tidak capek, aku hanya ingin membebaskan diri dari ini semua, meskipun hanya sebentar.

Dan bagiku menjadi seorang guru harus memiliki persiapan lebih. Sekalipun dia hanya berlabel seorang guru les. Sebelum ini, aku pernah menjadi guru les. Waktu itu aku masih SMK dan muridku adalah siswa TK. Lumayan, dari ini aku bisa menambah uang jajanku sendiri. Aku bangga sekali bisa melakukan ini. Setidaknya aku bisa belajar mencari penghasilan, meski tidak begitu banyak.

Kurang lebih 2 tahun berlalu dan kemudian aku terpaksa berhenti karena harus pindah keluar kota untuk melanjutkan sekolah. Dulu aku punya target. Setiap pertemuan aku menyiapkan materi dan target yang harus terlaksana hari itu. Kurang lebih 2 jam waktu belajar dan aku harus benar-benar memanfaatkannya. Kadang kalau dia sudah lelah, kami berhenti sejenak dan melanjutkan kembali setelahnya.


Karena dia masih TK aku memulai pelajaran dengan menulis. Aku perkenalkan satu per satu huruf dan angka lengkap dengan cara penulisannya. Tangannya ku genggam dengan lembut, ku ajari membuat huuf demi huruf sampai dia benar-benar bisa. Sehari minimal ada 3-5 huruf. Kemudian berulang sampai semua benar-benar tekuasai. Setelah target benar tecapai, aku berpikir ulang tentang pelajaran selanjutnya. Merangkai kata, membaca cerita, menghitung, dan semacamnya. Dan begitu seterusnya.

Ya, itu alasan utamaku tidak ingin menjadi guru les. Aku pikir dengan penghasilanku yang sekarang, insyaallah sudah cukup memenuhi kebutuhanku. Menemani anak-anak belajar, aku pikir biarlah ini menjadi jalan ibadah untukku. Aku sudah cukup senang menerima ucapan terimakasih dan cerita bahagia dari ibu-ibu anak-anak.

"Terimakasih ya Mbak. Semoga Allah membalas kebaikan Embak"

Dan bagiku, doa dari mereka melebihi segala-galanya. Ada yang lebih menguatkan daripada sekedar keinginan, ialah doa apalagi dari mereka yang kita tolong. Aku merasakannya betul setelahnya. Banyak kemudahan yang ku temui di kehidupanku dan mungkin karena Allah mendengar doa-doa dari mereka semua. Semoga banyak kebaikan selalu mengiringi kita semua.

Aku juga senang karena aku dan ibuku jadi bisa lebih banyak bersosialisasi dengan banyak tetangga. Jujur saja, sebelum ini aku tidak terlalu mengenal anak-anak di kampungku. Terlalu lama di kota rantau dengan jadwal pulang yang tidak terlalu sering, membuatku tidak terlalu banyak mengenal lingkungan kampungku. Setiap pulang, rasanya waktu berjalan begitu cepat. Baru sebentar bercerita dengan mamak, tiba-tiba sudah waktunya balik ke perantauan.

Dan inilah ceritaku, semoga kita bisa tumbuh menjadi hamba-hamba Allah yang lebih bisa membawa banyak manfaat untuk khalayak ramai. Sekian cerita hari ini dan terimakasih sudah sudi meluangkan waktu untuk membaca cerita usang ini.

_Kudus, Mei'19_

#Day2
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave


2 komentar:

  1. Masyaallah, walau bukan guru seperti yang mba maksudkan, tetapi ini sudah ditulis oleh seorang guru. Guru bagi yang diajari, yang didampingi. Salam kenal mba, selamat menebar kebaikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Guru itu bisa siapa saja. Aku, kamu, kita semua bisa jadi guru. Salam kenal kembali mbak. Semoga Allah berkenan melimpahkan kepada kita banyak kebaikan.

      Hapus

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....