Selasa, 21 Mei 2019

Kisah di 1/3 Malam Terakhirku

Semalam, ponsel ku berdering sekitar pukul 03.00 WIB. Entah lebih atau bahkan kurang, aku tidak terlalu memperhatikan. Bagiku waktu tengah malam seperti ini adalah waktu ternyaman untuk melelapkan diri.

Aku menerima panggilan masuk dari siapa entah. Tanganku mencari-cari ponsel yang ku letakkan entah dimana. Sepertinya semalam aku ketiduran. Bahkan sepertinya aku tak sempat membersihkan wajah dan badanku. Begitu sampai di dalam kamar, aku merebahkan badanku sambil mengecek isi ponselku sampai akhirnya ketiduran. Aku terlalu menyerah dengan rutinitas yang ku jalani seharian. Sangat melelahkan.

Tapi tidurku tak berangsur lama. Suara dering ponsel itu membangunkanku. Ada utusan Allah yang menyambangiku lewat suara sebagai jembatan pertemuanku dengan-Nya. Tidak lama, tapi ini cukup bermakna.

Dia baru saja berbisik. Kau tau? Dia baru saja berbisik kepadaku. Aku telah mendengarnya, dia telah mengatakannya. Kuberitahu kau perihal sesuatu itu. Dan inilah kisahku.

"Assalamualaikum Beb" katanya sebagai sapa pertama.

"Waalaikumsalam Warahmatullah Wabaraktuh" jawabku.

"Beb"

"Hmmmm" (sambil ngulet berkelanjutan)

"Bangun beb"

"Hmmm" (masih ngulet berkelanjutan)

"Beb, bangun"

"Iyaaaa" (masih saja ngulet berkelanjutan)

"Beb, kamu belum bangun?"

Kantukku benar-benar tak tertahan. Rasanya baru saja beberapa menit yang lalu mataku terpejam. Oh waktu kenapa berputar secepat ini? Aku masih sangat ingin terlelap dan mengistirahatkan semuanya untuk sementara waktu.

"Hmmm" (aku mulai membuka mata)

"Bangun sayang muahh muahh muahh" (nyium berulang sampe aku beneran bangun)

"Beb" kataku mencoba menghentikan

Dia berhasil mengusir kantukku dengan caranya yang bagiku entah tapi cukup bermakna. Dia membuat malamku indah. Membuat mekar hatiku dengan kecup mesranya. Aku basah. Tenggelam dalam obrolan yang dipisahkan jarak. Oh waktu, kali ini lambanlah berputar. Aku ingin berlama-lama dengan dialogku bersamanya.

Bahkan kantuk yang semula ku rasakan seketika hilang. Lelahku lari meninggalkan. Mataku mendadak beradu dengan terang lampu yang baru saja ku nyalakan. Setelahnya aku terduduk di tepi tempat tidurku dan melanjutkan obrolan itu. Sehebat ini kekuatan cinta. Ah cinta. Bahkan selama ini aku juga tidak terlalu paham dengan apa yang orang-orang sebut dengan kata cinta.

"Hmm" (sambil masih nyium jauh)

"Kamu ngapain?" kataku keheranan.

"Lagi nyium kamu dari jauh dong beb"

"Idihhh, ngapain coba?"

"Biar kamu cepet bangun"

"Ohh, harus gini emang?" (nyengir nyengir sendiri)

Bahkan belum pernah ada yang membangunkanku dengan cara seindah ini. Dia istimewa dan memperlakukanku dengan sangat istimewa. Aku beruntung bisa dipertemukan dengannya. Oh Tuan, tak bisakah kau benar ada dihadapanku?

"Iya dong. Harus"

"Ya ya ya"

"Besok kalo beneran dah halal, aku ga bakal ngebangunin kamu lewat banyak hal ya beb"

"Lhah kok, terus?"

"Cukup satu"

"What?"

"Mau ku ciumin aja sampe kamu beneran bangun, terus lanjut madep Gusti Allah bareng-bareng deh"

"Gitu ya?" (Diem aja sambil bengong sambil ngayal)

"Udah cepetan bangun, keburu subuh"

"Siap tuan"

(Sampai jumpa lagi dipertemuan selanjutnya)" bisikku kepadanya lewat angin. 

Bahkan berkata seperti itu secara langsungpun aku belum berani. Oh lisan, apa lagi yang membuatmu tertahan? Padahal hati terus saja mendorongmu. Lalu kurang apa lagi? Entahlah, aku takut menyampaikannya. Jangankan kepadanya, kepada bapak mamak juga aku merasa canggung.

Dan kemudian aku bergegas meninggalkan ponselku di atas tempat tidurku setelah dia menutup panggilannya. Sholat malamku semalam terasa sangat membahagiakan. Ada banyak munajat dan rasa syukur yang ku panjatkan kepada-Nya. Tuan benar. Waktu berharga seperti ini memang tak seharusnya aku tinggalkan meski rasa lelah memeluk dengan sangat erat. Pagi hariku sampai malam menjelang tidur lebih banyak ku habiskan untuk urusan dunia. Begitu meruginya aku ketika harus juga ku tinggalkan waktu 1/4 malam terakhir yang ada. Sungguh, aku tak ingin lagi melakukannya. 

"Duhai Allah, mampukan aku untuk bisa istiqomah dalam menjaga pertemuanku dengan-Mu"

Dan kenal saja dia sebagai seorang lelaki. Tidak usah ku beritahu namanya. Bukan rahasia, hanya saja aku merasa ini tidak begitu penting untukku. Aku lebih suka memanggilnya Tuan. Kalian, terserah mau memanggilnya dengan sebutan apa. Aku hanya ingin memberitahu kepada kalian. Dia hebat, tampan dan kaya lahir batinnya. Doakan aku ya, semoga dia segera datang dan meminangku untuk dijadikan sebagai istrinya. Terimakasih teman.

Salam Literasi

----------------------

#Day 16
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....