Sabtu, 18 Mei 2019

The Family Goals of "38 Awesome"

Picture by : Winda Mega Rizka

Hal apa yang lebih buruk daripada sebuah perpisahan? Tidak usah dijawab, apalagi kalau sudah nyata tidak ada jawabnya. Karena beginilah realita hidup yang mau tidak mau harus aku terima setelah masa perantauan ku berakhir. Aku berpisah dengan orang-orang lama yang membersamaiku disana.  Baiklah siklus hidup memang selalu menjadi kejutan bagi siapa saja. Dan waktu adalah media pendukungnya. Berputar begitu cepatnya hingga terbentuk kisah demi kisah. Ya, benar. Dan ini adalah bagianku.

38? Apa itu? Siapa? Ahh bukan apa-apa dan tentu saja bukan siapa-siapa. Itu bagimu, tapi bagiku beda. Mereka berharga, mereka luar biasa, mereka istimewa dan tidak ada duanya. Aku jelaskan sesuatu. Kami bukan sekedar teman seperaduan di kota rantau. Lebih dari itu, kami adalah keluarga yang kaya akan kenangan. Keluarga yang meski beda ibu, tapi tak jemu menjadi candu. Dan "38 AWESOME" adalah jargon kebanggaan kami. Jangan dikata alay atau yang serupa dengan itu. Ini adalah nama dan sekaligus doa yang mengiringi kami sampai di titik yang sekarang ini. Aku beruntung bisa menjadi salah satu bagian dari mereka. Meskipun aku agak merepotkan, tapi keberadaanku tetap menjadi pertanyaan. Bukan hanya aku, tapi kita semua. 

Dipertemukan di sebuah organisasi kemahasiswaan, kami berjuang bersama sampai di titik akhir masa penghabisan. Suka dan duka telah berhasil terlewati dengan banyak drama. Alhamdulillah.
Kami saling menguatkan meski kami sama-sama terjebak dalam keterpurukan masing-masing. Sekali lagi, aku beruntung pernah berada diantara ini semua. Setidaknya ada yang terus mengalir setelah wisuda berakhir.

Setiap waktu, setiap tempat, setiap moment, dan setiap apa saja punya cara sendiri untuk menjadi terkenang dan dikenang. Aku dan mereka begitu. Dimana saja dan perihal apa saja yang telah atau yang sedang dan atau telah kita lalui bersama. Aku katakan, aku telah jatuh cinta kepada mereka. Jiwa-jiwa yang berhasil membuatku terpaut dengan cara mereka masing-masing. Aku mengagumi mereka, lewat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki mereka masing-masing. Aku berhasil jatuh hati, tanpa diminta dan tanpa dipaksa. 

3 tahun berakhir. Waktu terus berputar dan menemui masanya. Sekarang, jarak telah jauh membentang dan memisahkan kami semua. Meskipun hanya bisa saling sapa lewat dunia maya, wajah-wajah lama itu tetap saling membersamaiku meski hanya sekedar di dalam layar hape masing-masing. Setidaknya hidupku masih diramaikan oleh mereka semua.


Doc. Januari 2019
Foto ini diambil sebelum kabut tebal menghalau penglihatan, sebelum tubuh kembali basah karena rintik hujan, sebelum langkah kaki saling berjahuan, sebelum hari minggu di bulan pertama tahun ini selesai, dan sebelum akhirnya aku tersadar bahwa ragaku telah kembali berada diantara banyaknya kewajiban sebagai seorang pekerja.

Foto ini ada berkat keluangan waktu yang diperjuangkan masing-masing jiwa yang menuntut bersama dalam waktu yang sesingkat-sesingkatnya. Dari berbagai macam penjuru, kami menyibak jarak untuk sampai kepada temu yang tidak lama berhasil kami rencanakan. Rasanya aku ingin memiliki mesin waktu sendiri. Menikmati lebih banyak hal di pertemuan yang tidak sering terjadi ini. Mengenai garis waktu, ketidaksengajaan bertemu telah memberikanku banyak ingin yang berujung dengan kata selalu. Bisa ku bilang, ini adalah keberuntungan yang seru. Terimakasih orang-orang tersayangku.

Sekarang aku sedang merindukan beberapa bagian di hidupku, termasuk dibercandai mereka ketika sedang kesal kesalnya. Kangen dicariin pas lagi ngilang. Kangen ditenangin pas lagi kacau-kacaunya. Kangen melingkar sampai tengah malem ber-20. Kangen mantengin mereka main kartu. Kangen makan bareng. Kangen ribut rame-rame. Kangen marah canggung ke mereka. Kangen lari keliling kampus sambil nyanyi bareng. Kangen muncak bareng. Kangen dibuat nangis. Kangen apalagi si, masih banyak lagi sepertinya. Rasanya belum ada lagi yang menghiburku menggunakan cara seperti yang mereka punya. Kalaupun ada, tetap saja terasa beda. Mereka tiada duanya. Hanya satu dan itu milikku. Ingat itu. Hahaha

"Sebenarnya aku belum ingin pergi, tapi......hmm ya sudahlah" kataku dalam perjalanan mengantarkan salah satu dari mereka ke kosan.

Waktu itu, waktu pertemuan terakhirku bersama mereka. Sengaja ambil cuti, pergi ke Tembalang cuma buat ketemu mereka. Rindu memang perlu dibayar dengan penuh pengorbanan. Aku ucapkan terimakasih kepada kalian yang rela mengorbankan apapun untuk pertemuan ini. Yang belum berkesempatan ikut, semoga Allah kasih jalan buat kita biar bisa kumpul ber20 lagi ya saudara-saudara.

"Udahlah, kapan-kapan ketemu lagi. Balik sana, ati-ati ya" katanya menenangkan.

"Pasti lama deh. Eh ya udah balik dulu. Assalamualaikum" kataku mengucapkan salam terakhir.

Tapi aku tidak mengatakan itu langsung kepada mereka. Takut terlanjur sedih, takut dikata baper, takut ga jadi pulang, takut diciee cieein, takut semua-muanya. Gengsiku membesar, tapi ya begitu. Aku sakit sendiri. Mereka? Entahlah. Aku pikir sama, atau bahkan ada yang merasakan lebih.

Laju motorku semakin kencang. Mengikuti hembus angin yang mendinginkan Tembalang waktu itu. Hangat yang semenjak 2 hari sebelum itu ku rasakan, perlahan lari meninggalkan. Seperti aku yang melangkah pergi. Dari jarak yang sebelumnya berhasil ku sibak, dengan mudahnya ku lukis ulang. Sekarang aku sendiri lagi dibersamai kenangan.

Waktu itu beberapa dari mereka masih bersama. Membahas ini itu, main kartu, lempar bullyan, makan bareng, tidur bareng, ketawa bareng. Dan apalagi entah, aku terlalu lemah menerka kebahagiaan mereka setelah tidak adanya aku bersama mereka. Keterbatasan waktu menuntutku untuk pulang ke rumahku yang lain. Ya sudah tidak apa-apa. Aku sudah cukup tabah menerima ini semua.

Sampai jumpa dikesempatan yang lebih baik dan lebih ramai lagi saudara-saudaraku. Kalau kita beruntung, kita akan dipertemukan dipertemuan selanjutnya dengan apa-apa yang lebih sempurna lagi. Di tempat yang lebih baik, di waktu yang lebih tepat, dan dikeadaan yang lebih lengkap. Tapi kalau ternyata tidak, semoga kita tetap bersama dengan obrolan-obrolan ringan kita di grup whatsapp atau di video call yang kadang kita lakukan bersama. Semoga kita dipertemukan dengan orang-orang baru yang sama-sama seru seperti orang-orang lama yang pernah ada di hidup kita.

Jangan lupa pulang cah. Jangan lupa membayar rindu dengan orang-orang tercinta kalean. Jangan lupa juga datang ke kotaku. Sesekali singgahlah ke rumahku. Ada banyak celotehan yang ingin ku sampaikan ke kalean. Tidak terlalu penting si, tapi aku pikir kalean berhak tahu tentang ini.

Oke baiklah. Sudah terlalu banyak hal yang aku sampaikan. Cukup lah untuk membayar gerutuanku selama memendam rindu ke kalean. Terimakasih sudah sudi membaca. Aku harap pesanku ini akan sampai ke hati kalean masing-masing.

Selamat pagi jiwa-jiwa yang selalu bersemayam di dalam hati. Semoga Allah senantiasa menuntun kita semua untuk selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada kita semua. Sekian.


Peluk Jauh dan Salam Sayang dariku,
Kadik38


-------------------------------------

#Day14
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#ulasrasave

2 komentar:

  1. keluarga kedua setelah yang ada di keluarga inti adalah temen2 organisasi. berjuang bersama dalam satu wadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener mbak. alhamdulillah ketemu yang beneran bikin nyaman hehe

      Hapus

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....