Jumat, 16 Oktober 2020

"Pukul 10 Malam"

/1/
Langit-langit kamar serasa berbintang
dipenuhi cahaya-cahaya temaram
yang menepi perlahan,
menuju tengah malam

Saatnya menjelma,
menjadi nona berwujud puisi
yang mahir, merajam rasa
menjadi bait-bait kata

/2/
Pertikaian baru saja dimulai
logika, nurani, dan
persimpangan jalan
yang memaksa berhenti ; hari-hari ku akhiri
dengan meniup lilin-lilin,
redup; kunikmati teguk demi teguk
syukur, tanda sebagai hamba yang terukur

/3/
Barangkali tak pernah ada sunyi,
barangkali sunyi hanya gemuruh
yang menjelma sebagai sosok-sosok
yang gagu
ayam-ayam sibuk menggembara,
katak-katak bersembunyi di balik cerita, dan
aku masih sibuk membaca mantra

"Jadilah esok lebih bahagia"

/4/
Denting jam terus berjalan
memikul rapuh rahasia tuannya
dalam, kubenamkan sejenak kata hatiku
yang berantakan
kutimang luka-luka tak berwujud itu
bergumam aku tak mampu,
berserah aku bertumbuh

"Tak ada yang tak baik-baik saja. Terimakasih cinta"

/5/
Kereta puisiku berhenti,
memungut puing-puing rumit
yang menggunung

Pulang,
pada dentingan detik terakhir
aku kembali ; melerai
tanda tanya dan realita

Terbukalah,
pintu-pintu maaf
dekaplah aku,
ruang kosong
yang kadang berair, dan
sering berapi

Aku ingin lelap
aku ingin selesai
sebagai puisi
yang tak lagi resah
.
.
(Kudus, Sep 21'20)

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....