Cepat sekali. Dikejar apa entah. Waktu lari-lari. Melompat kesana-kemari. Tanpa pernah memberi arti. Oh atau hanya aku saja yang belum mengerti? Ah, dunia ini. Tak bisa aku meraba jalan-jalan yang akan dilaluinya.
Di balik jendela, aku hanya melihat sepasang mataku yang sayu. Melukis aku akan banyak hal pada langit yang biru. Luka kuurai. Senyum kusemai. Meski layu, bunga hati kupaksa mekar. Perasaaan-perasaan penuh ingin, terus datang mengetuk. Sepanjang waktu, aku mencoba membuka pintu untuknya. Semuanya, tanpa terkecuali. Aku ingin jadi tuan rumah yang baik.
Egoku kududukkan manis di beranda rumahku. Lumayan, hujan seharian menyuguhkan pelangi yang berlatar belakang senja yang tidak begitu jingga. Bincang yang sepertinya basi kusuguhkan untuknya. Tentu saja lengkap dengan tanda tanya-tanda tanya yang semakin lama semakin mahal jawabnya. Sudah lama ia merasa sendiri. Tenangnya pergi entah kemana. Hanya ada air mata yang ia tinggalkan sebagai jaminan."Pelan-pelan saja, bisa tidak? Satu per satu. Nafas dulu yang panjang. Jangan buru-buru hilang"
Dia mulai menggerutu. Dan aku mulai tertawa. Lalu angin-angin malam mulai menemaninya duduk memangku senja.
"Tidak usah jadi yang istimewa. Sederhana juga bisa jadi mulia" katanya.
Saben hari aku menatap harap. Membayangkan tiap detik yang berjalan menjadi saksi betapa baiknya aku menjalani hari-hari. Saben hari aku melambungkan dan membisikkan banyak doa, berharap bisa dengan baik menjaga diri. Saben hari aku berjalan dengan teka-teki yang kadang ingin kutertawakan setelahnya. Setelah sampai di ujung yang tetap menjadikanku baik-baik saja. Meskipun diiringi banyak bualan. Meskipun didekap erat ketakutan. Meskipun aku, sempat tak baik-baik saja.
"Hari ini adalah hari ini. Besok belum tentu ada hari seperti ini. Jadi, mari jalani. Apapun yang terjadi, jalani. Kalau senang, berbahagialah. Kalau sedih, berbahagialah. Sebab setidaknya, kita semua masih terbukti ada"
Begitulah mantra yang sering mengunci tekadku setiap sepasang mataku membalas senyum matahari pagi. Meski kadang hilang fungsi, setidaknya niat dari hati sudah pernah ada dalam diri. Toh hidup ini hanya perkara beruntung dan tidak beruntung. Juga perkara cara menyelami sudut pandang. Karena tiada beda bagi masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka adalah perjalanan dan kita semua adalah pejalan yang melintasinya.
Dan begitulah waktu memberikan perjalanan kepada kita. Dan begitulah waktu mengantarkan kita kepada realita. Dan begitulah waktu mengetuk ruang terdalam dari jiwa kita yang kadang hilang bentuk, bahkan untuk sekedar menjadi rumah untuk diri sendiri.
Semua hal akan berakhir menjadi biasa. Semua hari dan apapun yang terjadi akan baik-baik saja. Ya, tentu saja terjemahkan sendiri arti "baik" untukmu. Jadi jangan lupa bersulang dengan kesempatan-kesempatan yang masih ada. Sesekali menarilah bersamanya. Sekian kali kuingatkan lagi, jangan lupa jadi bahagia meski hanya karena hal-hal sederhana.
Sedih itu biasa. Yang luar biasa itu sedih tapi dinikmati jadi bahagia. Sebab setiap hal berjalan. Sebab setiap kita adalah pejalan. Sebab setiap kita dalam perjalanan. Sebab setiap perjalanan adalah kesempatan. Dan setiap kesempatan adalah penmbelajaran.
Ya hanya begitu. Hanya itu. Jalani saja sampai waktu menemukan ujungnya dan kita selesai.