Selasa, 08 Maret 2022

Selamat Hari Perempuan Sedunia

Jadi perempuan itu susah-susah gampang. Jadi laki-laki juga. Atau bisa jadi malah lebih berat. Tapi sekali lagi hidup ini hanya perkara sawang sinawang. Kita memandang sesuatu itu baik juga menyenangkan, tapi ternyata tidak. Atau malah sebaliknya. Ya, tapi mari ingat lagi bahwa kita bukan seseorang yang kita kira seberuntung itu untuk merasakan sesuatu yang kita jelmakan sebagai asumsi.

Jadi perempuan itu banyak limitnya. Hah? Maksudku diskriminasi dan stigma-stigma tentangnya banyak jelmanya seperti hantu. Orang-orang suka memandangnya sebelah mata. Bahkan jika mereka adalah perempuan itu sendiri. Pikiran-pikiran lama berbentuk lingkungan tempatnya berada sudah sebegitu jahat membentuknya. Padahal jika ada sedikit saja percaya dan dukungan, seorang perempuan  bisa tumbuh menjadi yang lebih baik, lebih banyak, lebih ada, bahkan lebih dari yang sekedar sekitarnya bayangkan.

Jadi perempuan itu berharga. Ya, tentu saja kita akan menjadi sesuatu atau mungkin saja tidak. Tapi yang pasti, kita benar-benar akan berproses. Proses yang penuh makna, yang bahkan tidak kita sadari itu, tapi orang-orang bahkan akan lebih senang membacanya. Ya, orang-orang yang kadang hanya menggunakan sebelah matanya itu. Waw, ini sangat-sangat menyenangkan, bahkan jika ternyata kita hanya akan menjadi langit senja yang merah muda.

Jadi perempuan itu tidak harus sempurna, yang penting kita nyaman menjalaninya. Karena kita berhak menjadi siapa saja. Kita berhak berada dimana saja. Kita berhak melakukan apa saja. Kita berhak menjadi bahagia. Kita berhak jadi hebat menjadi kita. Jadi mari kita nikmati hari-hari kita sepenuhnya.

Ya, selamat hari perempuan sedunia.
.
.
#kamuberhargaRG #IWD2022 #BreakTheBias #hariperempuansedunia

Jumat, 04 Maret 2022

Review Novel "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya"

"Kamu akan tahu sendiri siapa dirimu. Nikmati saja peranmu, Mat. Itu anugerah. Bisa jadi peranmu harus menderita. Bisa jadi kamu ditetapkan sebagai raja. Bisa jadi karaktermu hanya menjadi pembenci dan pendusta." (Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya, Hal: 69).

Begitulah tutur Cak Dlahom kepada Mat Piti usai ketidakberdayaan Cak Dullah di cerita "Wayang yang Memuji Diri Sendiri".

Cak Dlahom, seorang tokoh utama yang istimewa di buku ini. Dia sinting tapi tidak. Dia pintar tapi tidak. Dia bodoh, tapi juga tidak. Cuma kadang bikin geregetan dan tentu saja gila. Tapi di setiap tingkah absurdnya, Cak Dlahom selalu menyampaikan peringatan-peringatan kecil tentang bagaimana cara orang-orang memahami islam, tentang bagaimana hidup beragama, hidup bermasyarakat, juga tentang ibadah-ibadah yang sudah mereka lakukan. Apakah sudah benar-benar karena Allah atau hanya demi mendapat pujian dari orang lain.

Buku ini menceritakan tentang kehidupan orang-orang di kampung Ndusel. Kehidupan yang sederhana dan sangat-sangat relate dengan kehidupan orang-orang pada umumnya. Yang kadang peduli, yang kadang rajin beribadah, yang kadang tersinggung, yang kadang putus asa, yang kadang lupa bersyukur, yang kadang merasa benar padahal tidak, yang kadang kebingungan, yang kadang sombong, yang kadang keras, yang kadang lupa bahwa berwudu yang sebenarnya adalah memberi maaf. Bukan hanya menyejukkan muka. Bukan.

Buku ini bacaan yang sederhana tapi syarat akan makna. Buku ini buku islami yang bertema komedi. Buku ini rumah yang baik. Cak Dlahom pasti cekikikan mengetahui ini sambil terus menggumam

"...manusia itu hanya bisa mengaku-aku ada. Mengaku-aku bisa berbuat. Mengaku-aku punya nama. Mengaku ini itu. Tapi, semua hanya pengakuan karena mereka sebetulnya tidak ada dan tidak tahu kalau tidak ada". (Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya, Hal: 173)

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....