Selasa, 02 Agustus 2022

Review Novel "Tuhan Maha Asyik"

Buku ini adalah kumpulan dialog bocah yang diperuntukan untuk orang-orang yang mau lebih mengenal lagi siapa Tuhan-Nya. Di setiap babnya ada saja bahasan yang seperti tidak disadari tapi sengaja menyentil. Ya, menjadi mitra kerja Tuhan memang susah-susah gampang.

Mengenal berarti menyatu. Menyatu dengan Tuhan berarti melakukan kebaikan dalam hidup. Dan percaya kepada-Nya adalah meliputi segalanya. Begitulah Tuhan hadir pada setiap ruang dan waktu. Begitulah kita kembali merasa dekat kepada-Nya, dengan cara selalu mengingat-Nya. Begitulah kita harus selalu mengenali diri sendiri agar akhirnya bisa mengenal-Nya. Ini bukan lagi rahasia, tapi Tuhan dan kita memang ada untuk mencintai dan dicintai.

Agama itu hening. Begitulah perjalanan asyik itu sudah dan masih kita lalui. Agama adalah sebuah ruang, tempat segala kebaikan mengalir. Tapi akhir-akhir ini, orang-orang seperti mengubahnya sebagai paguyuban tempat darah-darah tumpah. Aku tidak berfikir aku tidak pernah melakukan ini, tapi memandang diri sendiri baik juga kadang menyakiti orang lain. Padahal ukuran iman bukan hanya dari itu.

"Tuhan hanya menginginkan manusia selalu mencintai dengan kesadaran dan manghilangkan kecurigaan dan kebencian" (Tuhan Maha Asyik, Hal : 234).

Yang penting kita jujur kepada diri sendiri. Yang penting kita beribadah dengan hati yang tulus. Sebab beragama baru dikatakan benar, jika kita mampu mengendalikan diri agar tidak menyakiti orang lain.

Ya begitulah kira-kira. Hidup ini adalah sebuah panggung. Kehidupan adalah sebuah drama. Dan kita adalah lakon yang melengkapinya. Jadi santai saja, karena hidup ini memang tempatnya peran-peran serius dan kepura-puraan dilakonkan.

Selamat mencintai Tuhan lebih dalam, para co-worker Tuhan.

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....