Selasa, 05 Desember 2023

Tentang "Roman(tika)"

Kiranya aku ini hanya ingin melapangkan nasib. Berusaha tetap senang juga tenang meski waktu rasanya berjalan begitu lambat.

Sebenarnya aku lebih suka "roman" tanpa "tika". Tapi tidak apa-apa. Karena hidup ini adalah serangkaian lika-liku, jadi aku pikir "Roman(tika)" bisa jadi nama yang apik untuk memanggil anak sulung ini.

"Roman(tika)" ini adalah bentuk dari sebuah perayaan, tempat dimana banyak mata begitu sembab, tempat kata maaf diada-ada, dan tempat dimana begitu banyak persimpangan.

Dia adalah penggalan-penggalan dari aku yang (masih berusaha waras). Dia adalah kumpulan dari kusut-kusut yang berhasil kuurai. Dia adalah marah-marah yang berhasil kuredam. Dia adalah tanya-tanya yang datang jawabnya. Dia adalah perayaan yang nananana. Dia adalah aku yang (mungkin) sama denganmu (siapapun kamu) yang begitu sederhana tapi kadang berharap jadi mulia.

Dia adalah aku yang sempat menangis, meringis, dan kebingungan menyelesaikan setiap malam yang baik. Dia adalah aku yang telah berjalan begitu jauh, tapi lupa bahwa ternyata diri sendiri telah lunglai mencintai kehilangan dan sesuatu yang bukan untukku. Dia adalah definisi dari serangkaian kesabaran dan alur yang lambat.

Dia adalah aku yang setiap pagi membuka mata seperti biasa, lalu bingung akan melakukan apa juga bagaimana menyelesaikannya. Tapi anehnya aku nyaman mengulang itu dan kadang sembrono mengklaim bahwa diri ini bahagia melakukannya. Kadang aku bisa bilang bahwa aku baik-baik saja, tapi semoga aku benar-benar telah terkendali. Karena singkatnya ini hanya tentang bagaimana seseorang akhirnya berhasil melapangkan nasib.

Dan sungguh setiap emosi dan pengalaman hidup berhak dirasakan dan berhak diceritakan. Begitulah akhirnya seseorang berhasil menikmati sesuatu. Begitulah akhirnya aku memberanikan diri meracau. Memang tidak begitu banyak, tapi setidaknya ada satu dan itu akan menjadikanku (juga kamu) merasa cukup. Lebih dari cukup.

Merangkai ini dengan maksud berbicara sekaligus mengingatkan diri sendiri bahwa banyak "ya" yang tidak melulu jadi "ya" dan banyak "tidak" yang tidak melulu jadi "tidak".

Barangkali ini adalah pencapaian terbaikku di tahun 2022. Draf-draf lama yang mangkrak di buku-buku catatan yang sudah mulai kusut itu akhirnya lahir menjadi anak cantik bernama "Roman(tika)". Itu hanya sesuatu yang kecil. Itu adalah tentang perjalanan menjadi manusia berwujud aku. Itu bisa jadi berwujud kamu juga. Itu bisa jadi berwujud kita.

Membaca ini mungkin bisa dilakukan sekali jalan. Itu memang tidak banyak, jadi aku pikir itu akan menjadi cepat selesai. Tapi bagaimanapun itu, semoga setelah membaca (satu judul saja), seseorang bisa terketuk hatinya.

Banyak hal yang terjadi tahun ini, juga di tahun-tahun sebelumnya. Aku pikir itu akan berlaku juga di tahun-tahun selanjutnya. Segala senang, segala sedih, segala yang terjadi biarkan terjadi. Bisa jadi itu akan menjadi semakin, tapi yang penting, semoga kita selalu jadi yang bisa melalui itu dengan senang hati.

Jadi, sudilah seseorang berkenalan dengan anak sulungku dan mendekapnya dengan penuh.

Selamat membaca, dan
mari tumbuh dan sembuh bersama.

Senin, 20 November 2023

Review Buku "Terima Kasih Sudah Mengatakannya"

"Penting untuk mendengarkan cerita orang lain. Ketika kita sudah mendengar semua ceritanya, tolong segera katakan 'Terima kasih atas ceritanya'." (Terima Kasih Sudah Mengatakannya, Hal: 235).

Waw, ini bagian di mana aku seketika berfikir betapa berharganya mereka yang sudi membicarakan sesuatu kepadaku. Sebab memang, rasanya menjadi dipercaya lebih punya nilai lebih daripada percaya kepada seseorang. Sebab rasanya, manusia hanya cenderung senang dan selalu mengupayakan diri untuk disukai dan diterima lawan bicaranya.

"Terima Kasih Sudah Mengatakannya" adalah buku terjemahan dari Korea. Bergenre self improvement yang sangat relate dengan kehidupan kita. Cara penulisannya tidak kaku dan banyak dilengkapi dengan kutipan-kutipan dari beberapa film dan buku. Covernya cantik. Ilustrasi di dalamnya juga. Itu cukup menyegarkan pandangan yang sesekali lelah karena memang huruf-huruf didalamnya begitu kecil, meskipun masih bisa terbaca.

Buku ini berisi tentang bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan seseorang, tentang bagaimana kita menggunakan kata-kata, juga tentang bagaimana mengendalikannya. Sebab memang kata-kata punya kekuatan yang berdampak baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Buku ini akan sedikit banyak menyadarkan kita tentang betapa pentingnya melindungi hubungan dengan siapapun, tentang bagaimana menemukan kata-kata yang tidak melukai, tentang bagaimana menyikapi pujian dan kritikan, juga tentang bagaimana hidup dengan penuh keberanian dengan kata-kata kita sendiri.

"Waktu hingga menjadi dewasa adalah proses memiliki "logika komunikasi". (Terima Kasih Sudah Mengatakannya, Hal: 31).

Akhirnya, untuk kalian yang telah selalu mengucapkan kata-kata yang baik kepada siapapun dan khususnya untuk diri sendiri, terima kasih sudah mengatakannya.

Dear Mas (2)

Dear mas,

Aku mendongak ke atas dan mencoba mencari kedua matamu yang berbinar di depan pandangku. Tapi alih-alih mendapatkan binar di kedua matamu, aku malah menemukan langit yang biru. Haha, sungguh perburuan yang seru.

Aku berjalan ke arahmu, mencari sebuah celah untuk masuk ke rumahmu yang belum kutemukan pintunya itu. Tapi mas, sepertinya aku telah tersesat. Tapi senangnya, aku masih tersesat di situ-situ saja. Di sebuah tempat dimana aku bisa tetap memandangmu meski itu kulakukan dengan malu-malu dan agak takut. Aku takut Yang Maha Cinta cemburu kepadamu. Haha, lucu bukan?

Padahal dari awal aku sudah mengatakan kepada-Nya

"Ya Allah, jangan khawatir aku akan lebih cinta kepadanya daripada kepada Engkau. Kalaupun aku khilaf melakukannya, maka Engkau jadikanlah aku lebih mencintai-Mu. Engkau punya caranya Ya Allah. Engkau satu-satunya yang paham baik tentang itu".

Ya, aku harap kamu juga tidak cemburu kepada-Nya. Sebab kamu tetap menjadi yang pertama dan Allah akan menjadi yang utama.

Selasa, 17 Oktober 2023

Part of Being an Adult (Bagian dari Menjadi Dewasa)

Siapa yang semakin dekat dengan menjadi dewasa malah semakin tidak berkeinginan untuk menjadi dewasa? Siapa yang merasa aneh melihat orang lain seperti itu dan diri sendiri seperti ini? Siapa yang tiba-tiba kangen masa kecil?

This adult life is so fucking complicated, right? Kita mengucap "hadehh/haiyahhh/ bjirrr/syibal se.....k.i..ya", tapi akhirnya tetap melakukannya. Kita berdebat hebat, tapi berakhir damai juga. Pokoknya kudu pusing dulu, meski ujungnya juga bisa ngerjain. Haha.

Tapi aku senang berada difase dewasa ini. Aku bisa duduk sendirian di sebuah restoran dan membeli matcha dan coklat favoritku tanpa ada yang bisa menghentikanku. Itu juga tentang bersantai ria di rumah, tidur lebih awal, dan merasa itu baik-baik saja. Rasa-rasanya memang tidak ada yang namanya menjadi dewasa. Bukankah kita semua hanya anak-anak yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa saja? Atau bukankah itu terlalu susah untuk terus berpura-pura?

Jadi, bolehkah kita berhenti membual tentang hal-hal yang dengan atau tidak semestinya di lakukan? Karena "kedewasaan" tidak melulu ditandai dengan bertambahnya usia, tapi juga tentang pengalaman dan pertumbuhan. Jadi jangan pernah mengharapkan kedewasaan dari siapapun. Hidup ini sudah sulit. Hanya saja semoga semua orang tetap terkendali dalam menjaga energinya sepanjang hari.

Lagi pula dewasa adalah tentang bagaimana diri sendiri bisa mengajak hatinya jatuh cinta lagi dan lagi. Dia tahu bagaimana harus merasa senang dan bahagia. Dia tahu bagaimana menjadi yang terkendali atas semua-muanya. Karena baiknya, semua memang harus seimbang. Supaya akhirnya dia berhasil merasa dicintai sebanyak-banyaknya, juga sepenuh-penuhnya. Ya, mungkin ada lebih banyak hal dalam hidup ini daripada menjadi seorang remaja dan menjadi dewasa bukan berarti kita harus meninggalkan itu. Akhirnya, dari semua hal yang ada, semoga kita bisa semakin paham bagaimana cara kerja semesta.

So, happy growing into adulthood. I hope we don't become annoying adults. May us always be the winner. Hopefully everyone will support us to always be calm.

Good luck 🤘

Selasa, 19 September 2023

Review Buku "The Things You Can See Only When You Slow Down"

"Ketika segala sesuatu disekitar saya bergerak begitu cepat, saya berhenti sejenak dan bertanya “Apakah memang dunia yang terlalu sibuk, atau malah batin saya?”"(TTYCSOWSD, Hal: 9).

Memulai tahun baru dengan membaca buku self improvment yang meaningful, begitu ringan tapi tetap mengajak kita untuk berfikir dan merefleksi diri. Buku ini ditulis oleh Haemin Sunim, seorang guru agama Buddha Zen sekaligus penulis paling berpengaruh di Korea Selatan.

Berisi sekumpulan kalimat singkat berupa kutipan-kutipan bijak tentang semua aspek kehidupan manusia mulai dari relationship, cinta, spiritual, juga pekerjaan. Buku yang mengingatkan kita untuk lebih aware lagi dalam memahami pentingnya bersikap, bertutur kata, dan mengistirahatkan diri. Itu adalah tentang hal-hal yang hanya dapat kita lihat dan rasakan ketika kita melambat dan bagaimana menjadi tenang di dunia yang sibuk. Karena beberapa hal justru dapat kita nikmati saat kita tidak terburu-buru.

“..............bahwa yang mengusik kita bukanlah keadaan dunia, melainkan cara pandang kita. (TTYCSOWSD, Hal: 15)

Ilustrasi gambarnya cantik dan kalimat-kalimatnya begitu relate dengan kehidupan sehari-hari. Buku ini membantu ketika pikiran sedang tidak stabil. Itu cukup untuk membantu menenangkan pikiran kita, tentu saja dengan membacanya perlahan untuk memahami lebih dalam tentang apa-apa yang sebenarnya penulis maksudkan. Buku ini juga akan cukup membantu kita untuk mendapatkan kekuatan dan meraih sebuah kepuasan ketika hidup sedang terasa begitu sulit. Itu seperti sebuah resep untuk menjalani hidup ini dengan cara yang lebih ringan dan bahagia.

Tapi memang semua hal selalu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Jadi tidak melulu itu akan mengubah hidup. Ya, selamat menemukan kutipan-kutipan apik sesuai kondisi yang kita alami. Selamat mengembangkannya dengan caramu sendiri.

Jadi, ini tidak apa-apa menjadi hari kita untuk melambat sedikit bukan?

Sabtu, 09 September 2023

Dear Mas

Dear mas,

Nanti aku akan menulis sesuatu tentangmu. Nanti saja, setelah kamu datang dan bernafas lega.

Nanti aku buatkan kopi hitam favoritmu dan aku akan membuat matcha favoritku. Kita bisa menikmatinya sambil memandang langit dan (menemukan sesuatu?). Aku sungguh ingin menemukan bintang sirius bersamamu sambil menjatuhkan satu per satu puisi buatanku ke telingamu.

Oh ya tenang saja, sebab kamu tidak perlu mengerti apapun setelah itu. Kamu hanya perlu mendengarkanku dan menikmati kopimu (juga suasana bersamaku).

Tapi jangan juga jadi bisu.

Sebab, kamu boleh juga banyak bicara sebanyak atau boleh lebih banyak dariku. Kamu boleh menceritakan apa saja, termasuk jok motormu yang sudah lama kedinginan itu.

Aku bisa mendengarkanmu lebih banyak, dan juga lebih lama.

Waw, aku pikir malam-malam pasti akan menjadi terasa begitu panjang ketika isi kepalaku dan isi kepalamu bercumbu mas.

Aku berharap, aku dan kamu tidak akan menyesali banyak hal atas apa-apa yang sudah berlalu. Dan aku berharap atas apapun itu, aku bisa selalu memenangkan isi kepalamu (dan aku pikir, aku juga harus begitu kepadaku).

Aku berharap segala hal baik diantara kita berdua bisa selalu meluas dan meluap-luap. Aku berharap kamu akan sependapat denganku. Sebab itu adalah rencanaku dan mohon lekas dibantu.

Deal?

Selasa, 15 Agustus 2023

Review Buku "Tempat Paling Liar di Muka Bumi"

“Ada banyak perbuatan yang sia-sia, melawan cinta itu sia-sia” (Tempat Paling Liar di Muka Bumi, Hal: 79).

Sebuah buku yang sangat dan sangat romantis. Kumpulan puisi-puisi yang cocok sekali untuk sepasang kekasih yang sedang saling kasmaran. Tentang bagaimana mereka saling jatuh cinta dan mencintai dengan cara yang ajaib. Saling bersahut-sahutan, begitu manis dan menggoda.

Buku ini seperti sebuah diary dan bentuk komunikasi yang apik milik Theor dan Welly. Sepasang kekasih yang saling menceritakan tentang bagaimana rindu, jarak, dan cinta-cinta bermekaran dan tidak pernah padam. Juga tentang bagaimana untuk bisa saling menjadi tempat pulang. Gambaran perasaan yang apik tersaji dengan menggunakan simbol tubuh dan alam di Indonesia bagian timur. Begitu meriah, sampai-sampai deburan ombak, hutan, laut, pasir putih, laut, dan semua perkakasnya ikut menjadi saksinya.

Akhirnya, mari tersesat dalam puisi-puisi romantis ini. Mari saling melempar kata-kata cinta. Mari kita nikmati ini. Karena

“yang berdosa itu ketika jatuh cinta dan tidak menikmatinya”

 juga tentu saja

 “aku ingin menjadi tenang dan mencintaimu tanpa banyak kekhawatiran” (Tempat Paling Liar di Muka Bumi, Hal: 61).

Selasa, 25 Juli 2023

Review Novel "Pasta Kacang Merah"

“Kehidupan tidak hanya memiliki satu warna. Terkadang warnanya berubah pada saat yang tak kita duga” (Pasta Kacang Merah, Hal: 187).

Begitulah seorang nenek tua bernama Tokue menuliskan suratnya untuk Sentaro, seorang pria yang ingin menjadi penulis tapi akhirnya beralih menjadi seorang penjual Dorayaki di sebuah kedai bernama Dora Haru.

Novel slice of life yang heartwarming sekali ini merupakan novel terjemahan berjudul “Sweet Bean Paste” dari Jepang yang ditulis oleh Durian Sukegawa pada tahun 2006. Covernya cantik sekali. Alur ceritanya ringan dan mudah diikuti. Beberapa bagian akan membuat kita merasa kesal, simpati, sedih, tapi tetap tersenyum dan merasa hangat. Narasi cerita yang sederhana tapi mampu menyampaikan emosi pada pembaca.

Novel ini menceritakan tentang persahabatan antara Sentaro dan Tokue (seorang nenek tua penyitas penyakit Lepra yang ternyata ahli membuat pasta kacang merah) yang menampilkan harapan baru dan kesempatan bagi mereka berdua untuk saling mengisi kekosongan hidup dengan cara saling bertukar pengalaman hidup dan merangkai harapan baru. Mereka telah saling menguatkan dan bertahan melewati masa-masa sulit yang ada. Surat menyurat adalah cara terapik mereka dalam berkomunikasi. Ini adalah bagian paling favorit dari novel ini.

Novel ini mengingatkan kita tentang pentingnya memiliki semangat hidup di tengah gempuran orang-orang yang ingin menyerah menjalani hidup. Novel ini mengingatkan kita tentang bagaimana manusia bisa memanusiakan manusia yang lain. Seperti Tokue yang keras dan kasar hidupnya, seperti itu juga Tokue membuat sekitaranya tetap merasa hangat dan terinspirasi.

Akhirnya....

 “Kau sudah berhasil Toshi Tokue. Kau sudah berjuang dengan sangat baik.” (Pasta Kacang Merah, Hal: 38).

Selasa, 20 Juni 2023

Review Buku "Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih"

"Halah, Lis. Dengan kamu mau nikah sama aku saja, bapakmu harusnya sudah paham, mana yang pinter dan mana yang goblok." (Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih, Hal: 76)

Benar kata orang-orang, awal mula mengira buku ini berisi tips-tips bagaimana cara memahami kekasih atau bagaimana menjaga hubungan dengan kekasih supaya langgeng adalah hal yang sia-sia belaka.

Buku ini ternyata buku yang berisi tentang kisah cinta dan romantisme sehari-hari sepasang kekasih. Buku ini adalah definisi "another level of bucin" seorang Agus Mulyadi kepada kekasihnya yang sekarang berhasil menjadi istrinya yakni Kalis Mardiasih. Banyak tawanya, sering apesnya, tapi begitulah kisah mereka berjalan. 

Membaca buku ini aku jadi tahu sisi seorang Kalis yang lain. Tetap terkesan tangguh, tapi seperti manusia kebanyakan, seorang Kalis ternyata juga banyak alfanya, banyak konyolnya, banyak menyebalkannya. Hampir putus asa perkara nggak bisa buka jok motor, keseringan ketinggalan pesawat, dan perkara baju gambar Sunan Giri? Haha, Agus memang pintar sekali menceritakan detail tentang istrinya. Mereka berdua adalah panutan rumah tangga yang realistis. Semoga banyak kebaikan menyertai mereka.

"Hidup memang soal kompromi" (Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih, Hal: 70)

Hanya 94 halaman, tapi aku berhasil senyum-senyum. Agal kesel, tapi mereka lucu. Jadi pengen juga nulis beginian kaya Agus. Judulnya mungkin "Sebuah Seni Menyaingi Romantisme Agus dan Kalis". Tapi entar dulu ya, mau nyari seseorangnya dulu nih biar ada ceritanya. Semoga bisa lebih romantis kisahku bersamanya. Hihi.

Selasa, 16 Mei 2023

Review Buku "Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah"

Mungkin kita tidak sempurna, belum dewasa, dan sering melakukan kesalahan, tetapi kita tetap harus bahagia” (Hal: 231).

Aku suka sekali bunga matahari yang tumbuh di cover buku ini. Rasanya sudah seperti disambut dengan hangat, padahal aku belum mulai membuka bukunya, apalagi membaca isinya.

Buku ini sangat-sangat heartwarming. Pertama aku menjadi berterimakasih kepada diriku sendiri yang sudah kuat berjalan sampai sejauh ini. Kedua aku meminta maaf kepada diriku atas ragu-ragu dan putus asa yang sudah-sudah. Ketiga aku memutar lagi memori-memori perihal perjalanan panjang yang sudah-sudah. Ternyata memang banyak sekali lelahnya. Ternyata memang banyak sekali senangnya. Ternyata hidup memang sedinamis itu. Tidak lama senangnya. Tidak lama sedihnya. Sangat-sangat sementara.

“Kau hanya perlu menjadi orang yang bisa melanjutkan sesuatu yang sudah kau mulai sampai kau melihat akhirnya” (Hal: 78)

Begitulah Geulbaewoo mengingatkan kita untuk menjadi baik dan lebih peduli dengan diri sendiri, beristirahat ketika merasa lelah, meluangkan waktu untuk sendiri, dan bersemangat lagi untuk melanjutkan perjalanan yang sempat berhenti. Geulbaewoo merangkul kita lewat pengalaman jatuh bangun yang diceritakannya lewat esai-esai di buku ini. Rasanya sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Apalagi untuk kita yang sempat atau sedang mengalami quarter life crisis, untuk kita yang sedang kehilangan gairah melanjutkan sebuah perjalanan, untuk kita yang sedang cemas, takut, kosong, dan ingin menyerah.

Buku ini terbagi menjadi 3 bagian. Pertama tentang impian dan pencapaian. Kedua tentang bagaimana berhubungan dengan manusia khususnya bab asmara. Dan terakhir tentang bagaimana mencintai diri sendiri. Isinya berupa esai singkat tapi padat makna. Aku suka buku ini karena Goelbaewoo berhasil menerbangkan semangat-semangatnya tanpa pernah menjanjikan sebuah harapan dan keberhasilan.

“Apapun masalahnya, kau akan mampu melewatinya” (Hal: 238)

Akhirnya, selamat melakukan yang terbaik sepanjang hari, jangan lupa istirahat, jangan lupa jalan lagi. Semoga beruntung menemukan hal-hal yang kita sukai teman-teman.

Selasa, 18 April 2023

Review Novel "Please Look After Mom"

"Menurut Anda, apakah ibu Anda bahagia?" (Please Look After Mom, Hal: 78).

Siapa yang tahu berapa kali kita telah menghancurkan hati ibu? Siapa yang hari ini sudah memeluk ibu? Siapa yang hari ini sudah bilang "aku sayang kepadamu ibu"? Siapa yang benar-benar tahu tentang rahasia-rahasia ibu? Siapa yang sudah benar-benar mengenal ibu?

Dan begitulah novel ini mengajak kita untuk selalu tertarik kepada seorang ibu. Seorang ibu yang bukan hanya menjadi seorang ibu. Tapi juga seorang ibu yang juga masih kecil, ibu yang juga menjadi manusia pemula, ibu yang juga menua bersama kita, juga ibu yang tetap menjalani hidup, menahan sekian banyak keinginannya, menyerah terhadap mimpinya, dan menyerahkan keseluruhan hidupnya kepada suami dan anak-anaknya.

Novel ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang kehilangan seorang ibu di sebuah stasiun di Seoul. Si ibu yang sedang bepergian dengan suaminya dan entah bagaimana terpisah begitu saja dikeramaian. Suami dan anak-anak si ibu mencarinya sambil merefleksikan hubungan mereka dengan si ibu. Mereka hanya begitu, tidak tahu apa-apa tentang si ibu yang telah membersamai mereka. 

"Bukankah menyenangkan tinggal di rumah yg di dalamnya banyak tempat bersembunyi untuk anak-anak?" (Please Look After Mom, Hal: 206).

Begitulah seorang ibu. Dia selalu saja tidak bisa membaca dirinya sendiri dan menjadikan anak-anaknya mengerti tentang itu. Dia hanya tetap bekerja keras sampai akhir untuk anak-anaknya supaya menjadi nyaman dan cukup. Dia hanya tetap menjadi yang selalu ada.

Memang agak bingung membaca novel ini. Alurnya maju mundur dan sudut pandangnya campuran. Agak bingung membayangkan akan menjadi siapa aku di setiap pergantian bab nya. Tapi aku berhasil memahami setelah membacanya lebih jauh lagi. Aku telah tidak sengaja menyelami hampir dua puluh tujuh tahun kisahku bersama ibuku. Bahwa sedikit banyak aku telah mengambil sesuatu dari hidupnya. Bahwa aku selalu membutuhkan ibu. Bahwa aku juga sangat ingin memeluknya dan membisikkan kepadanya "aku sayang kepadamu ibu". Semoga hari itu akan datang. Semoga aku bisa selalu menjadi anak yg baik untuk ibu.


Terimakasih sudah melakukan banyak hal untukku ibu.

Selasa, 14 Maret 2023

Review Buku "Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa"

Membaca buku ini, membaca juga macam-macam keresahan di diri sendiri. Yang sudah, yang sedang, atau bahkan yang mungkin belum terfikirkan sebelumnya. Sesuatu entah apa di dalam isi kepala, selalu saja memainkan suara-suara. Waktu seperti memburu-buru dan parahnya kita seperti tidak keberatan diburu-buru olehnya.

"...kita semua punya kekhawatiran masing-masing. Tentang akan ke mana. Nanti menjadi apa. Karena kita memang tak pernah tahu kemana masa depan akan membawa kita." (Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa, Hal: 72).

Orang-orang memang seperti cepat sekali berjalan, sedangkan kita tidak, atau bahkan malah diam di tempat. Jangkauan demi jangkauan rasanya jadi semakin jauh, sampai-sampai kadang kita lupa bagaimana melanjutkan perjalanan. Dangkal sekali memang kita memandang kehidupan. Padahal rasa-rasanya kita sama-sama tahu bahwa akan menjadi sia-sia jika terlalu lama mendongak ke atas. Sampai-sampai kadang kita tidak tahu bahwa sekeliling telah mengijinkan kita jadi sesuatu. Ya, mungkin bukan kita yang tidak tahu, tapi kita yang tidak mau tahu karena itu bukan yang kita mau. Begitulah kita yang tidak pernah benar-benar jadi dewasa dan melihat sesuatu dengan jelas. Kita selalu menginginkan sesuatu yang tidak kita miliki. Kita selalu ingin tahu rasanya. Padahal kesenangan itu semu. Padahal segala sesuatu ya begitu, tidak ada yang menjanjikan. Dunia seisinya, hanya titipan.

"...Namun, sebenarnya apa kesuksesan itu jika pada akhirnya, kita semua mati?" (Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa, Hal: 6).

Hidup, begitulah jalannya. Hari ini menjelma jadi masalah, besok menjelma jadi solusi, besoknya lagi begitu saja, bertukar peran, dan berakhir. Kita sungguh hanya perlu percaya dengan diri sendiri. Bahwa kita bisa jadi sesuatu suatu saat nanti. Bahwa jikapun kita tidak pernah jadi apa-apa, itu tidak apa-apa. Atau jikapun ternyata kita pernah diizinkan jadi sesuatu, suatu saat kita akan menyadari bahwa ternyata kita tidak pernah benar-benar ingin jadi sesuatu. Kita sungguh hanya perlu melakukan apa yang ingin kita lakukan, yang baik, yang bermanfaat. Mari kita benar-benar menikmati, mengambil manfaat dari sesuatu, dan menjadi sesuatu di hari itu. Jangan lupa merasa cukup, sebab begitulah definisi kesuksesan yang sesungguhnya.

"Everybody's struggling, hardly. So, let's make it casier for one and another." (Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa, Hal: 144).

Itu menakjubkan. Bahwa perjalanan setiap orang memang tidak sama panjangnya, tidak sama likunya, tidak sama dewasanya. Bahwa dari itu semua, kita mungkin akan jadi sesuatu, mungkin juga tidak, tapi semua proses akan jadi bermakna. Karena masing-masing dari kita punya peran. Karena masing-masing dari kita punya tujuan. Karena kita bisa jadi sesuatu tanpa perlu kita menginginkan itu. Karena kita bisa jadi sesuatu tanpa perlu standar yang bertebaran di kehidupan masyarakat maupun sosial media.

"Dan, pada akhirnya, kita berjalan di zona masing-masing dengan sepatu yang paling pas dengan kaki kita. Paling, paling pas." (Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa, Hal: 176).


Jumat, 17 Februari 2023

Review Buku "Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman"

Selamat datang di kisah "Anak Gembala yang Tertidur Panjang diakhir Zaman". Selamat menikmati kilas balik dari kisah nyata seorang Rara Wilis alias Suko Djatmoko. Kisah yang sangat panjang tentang bagaimana awal sampai berakhirnya seorang Pak Wo dalam menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Dia adalah seorang PSK waria yang telah bertaubat dan kemudian memutuskan untuk menjadi seorang ahmadiyah. Begitu berkelok, begitu berjungkir dan berbalik, begitu banyak pelajaran, begitulah seharusnya bahwa seorang manusia hendaknya belajar dari kisah seorang manusia yang lainnya.

"Mau tahu bukan berarti setuju. Mau tahu berarti kamu mau belajar" (Anak Gembala yang Tertidur Panjang diakhir Zaman, Hal: 149).

Ya begitulah, kisah ini sangat ramai dengan isu. Ada tentang agama, diskriminasi transgender, stigma masyarakat, juga seks dan lengkap diselingi dengan cerita tentang seekor babi lumpur dan kisah tentang mahabaratha. Itu menarik, aku senang bisa membaca pemikiran dan perasaan dari banyak orang. Kadang mereka toleran, kadang mereka liar, kadang-kadang tidak keduanya. Tapi apapun itu, kita memang tidak seharusnya mengadili pilihan hidup dari seseorang.

Karena memang

"manusia...... ragam macamnya, banyak ceritanya" (Anak Gembala yang Tertidur Panjang diakhir Zaman, Hal: 116).

Jumat, 27 Januari 2023

Seperti Ini Rasanya Jatuh Cinta


Aku menulis ini dengan anak kecil dalam diri yang ingin lari-lari. Tidak lagi cengeng, hanya saja akhir-akhir ini hidup terasa kepalang kakuatinya. Ah tapi siapa yang peduli tentang itu? Aku hanya sudah senang karena aku dan anak kecil ini mulai pintar menata diri. Sebab rasanya mencintai seseorang dalam diam lama-lama terasa membosankan dan menyedihkan. Tapi tidak apa-apa, minimal setidaknya sampai sebelum kalimat ini tertulis, menggebu-nggebu karena itu pernah menjadi sesuatu yang manis.

Hei, ini sangat menyenangkan daripada sekedar menemukan sesuatu yang sudah lama seseorang rindukan. Perasaan jatuh cinta memang begitu ajaib. Seperti terjebak tapi itu menyenangkan. Seperti seseorang yang menikmati musik-musik instrumental, padahal sebenarnya puisi-puisi lebih mampu meletuskan kembang api. Seperti itulah bangun pagi yang apik dengan disambut oleh cahaya mentari tanda hari-hari akan berjalan begitu baik. Meskipun kita hanya menikmati itu sebagai sebuah dongeng. Meskipun lagu-lagu sudah selesai, sedangkan kita masih saja menari-nari di belakang tirai, mementaskan doa-doa, dan memekarkan bunga-bunga.

Lain kali kalau aku punya waktu, aku akan berjalan ringan ke arah seorang tuan dan kemudian membisikkan kepadanya "aku akan mendapatkanmu, dengan atau tidak berusaha sekalipun". Aku harap itu tidak membebaninya. Aku sangat berharap itu akan menyenangkannya. Aku harap dia senyum-senyum mendengarnya. Atau barangkali, dia telah membacanya.

Lain kali aku akan menceritakan betapa benar-benar ajaib perasaan jatuh cinta itu. Lain kali aku akan mencintai seseorang seperti aku mencintai mimpi-mimpiku yang terus berisik tapi juga mekar mewangi. Lain kali aku akan merayakannya, meski cuaca sedang tidak cerah. Lain kali siapapun boleh menagihnya, meski sebenarnya aku tidak sepercaya diri itu menjanjikannya.

Roman(tika)


Merangkai ini dengan maksud berbicara sekaligus mengingatkan diri sendiri bahwa banyak "ya" yang tidak melulu jadi "ya" dan banyak "tidak" yang tidak melulu jadi "tidak". Itu hanyalah sesuatu yang kecil. Itu adalah tentang perjalanan menjadi manusia berwujud aku. Itu bisa jadi berwujud kamu juga. Itu bisa jadi berwujud kita.

Membaca ini mungkin bisa dilakukan sekali jalan. Itu memang tidak banyak, jadi aku pikir itu akan menjadi cepat selesai. Tapi bagaimanapun itu, semoga setelah membaca (satu judul saja), seseorang bisa terketuk hatinya.

Banyak hal yang terjadi tahun ini, juga di tahun-tahun sebelumnya. Aku pikir itu akan berlaku juga di tahun-tahun selanjutnya. Segala senang, segala sedih, segala yang terjadi biarkan terjadi. Bisa jadi itu akan menjadi semakin, tapi yang penting, semoga kita selalu jadi yang bisa melalui itu dengan senang hati.

Barangkali ini adalah pencapaian terbaikku di tahun 2022. Draf-draf lama yang mangkrak di buku-buku catatan yang sudah mulai kusut itu akhirnya lahir menjadi anak cantik bernama "Roman(tika)".

"Roman(tika)".

Sebenarnya aku lebih suka "roman" tanpa "tika". Tapi tidak apa-apa. Karena hidup ini adalah serangkaian lika-liku, jadi aku pikir "Roman(tika)" bisa jadi nama yang apik untuk memanggil anak sulung ini.

"Roman(tika)" ini adalah bentuk dari sebuah perayaan, tempat dimana banyak mata begitu sembab, tempat kata maaf diada-ada, dan tempat dimana begitu banyak persimpangan.

Dia adalah penggalan-penggalan dari aku yang (masih berusaha waras). Dia adalah aku yang sempat menangis, meringis, dan kebingungan menyelesaikan setiap malam yang baik.

Dia adalah definisi dari serangkaian kesabaran dan alur yang lambat. Dia adalah kumpulan dari kusut-kusut yang berhasil kuurai. Dia adalah marah-marah yang berhasil kuredam. Dia adalah tanya-tanya yang datang jawabnya.

Dia adalah aku yang telah berjalan begitu jauh, tapi lupa bahwa ternyata diri sendiri telah lunglai mencintai kehilangan dan sesuatu yang bukan untukku. Dia adalah aku yang (mungkin) sama denganmu (siapapun kamu) yang begitu sederhana tapi kadang berharap jadi mulia.

Dia adalah aku yang setiap pagi membuka mata seperti biasa, lalu bingung akan melakukan apa juga bagaimana menyelesaikannya. Tapi anehnya aku nyaman mengulang itu dan kadang sembrono mengklaim bahwa diri ini bahagia melakukannya.

Kadang aku bisa bilang bahwa aku baik-baik saja, tapi semoga aku benar-benar telah terkendali. Karena singkatnya ini hanya tentang bagaimana seseorang akhirnya berhasil melapangkan nasib.

Dan sungguh setiap emosi dan pengalaman hidup berhak dirasakan dan berhak diceritakan. Begitulah akhirnya seseorang berhasil menikmati sesuatu.

Begitulah akhirnya aku memberanikan diri meracau. Memang tidak begitu banyak, tapi setidaknya ada satu dan itu akan menjadikanku (juga kamu) merasa cukup. Lebih dari cukup.

Akhirnya, sudilah seseorang berkenalan dengan anak sulungku dan mendekapnya dengan penuh.

Selamat membaca, dan
mari tumbuh dan sembuh bersama.

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....