Melihat senyummu, rekam otakku abadi mengalun. Bunyi-bunyi kerinduan berdenting. Suara-suara yang menyebut namamu kembali mengeja. Derap langkah kaki seakan mendekat. Kau begitu erat terdekap. Oh hari yang indah. Seindah kalimat pertama yang telah kau baca.
Liar, kau begitu bebas, menari-nari di dalam isi kepalaku. Membuka mata, menjalani hari, istirahat sejenak, melanjutkan lagi, sampai terlelap kembali, kamu selalu ada. Aku tak bisa lari dari semua hal yang berhubungan denganmu.
Takut, setiap malam aku bersembunyi di kolong imajinasiku. Remang-remang ku curi waktu, ku bingkai kisah impianku bersamamu. Indah, ah sepertinya aku akan benar bahagia.
Tapi seketika terhenti, aku membiarkanmu menunggu. Sengaja, aku menarik dalam-dalam nafasku, dan menghembuskannya sambil membisikkan sesuatu kepadamu. Sengaja, aku memainkan cincin di jari kelingkingku. Sengaja aku berjalan pelan dan kemudian mengambil waktu. Sengaja ku uji kebaikanmu, berharap tak menemukan keberatanmu.
Bertanya, akankah benar bisa bersama? Sungguh aku tak ingin berakhir kecewa.
Terpejam, aku mencoba membayangkan cerita kita yang begitu indah. Persis seperti yang ku mau, atau tentu saja yang sama-sama kita berdua mau. Tapi seperti berakhir, jarak dan waktu menjadi tak seperti yang aku mau. Kau juga (mungkin). Hei, kita berkemungkinan sama bukan? Ya, aku hanya takut benar-benar jatuh hati kepadamu dan kemudian tak bisa melupakanmu. Keseluruhan tentangmu tepatnya.
Bertemu, berbulan-bulan lamanya aku menunggumu tapi datangnya selalu sosok yang lain. Kami bersama, berdua, berjalan begitu baik, dan ya tentu saja kau begitu pas menjelma di dalam dirinya. Setiap ku memandangnya, setiap itu pula ku pandang kau. Terlalu manis. Aku merasa sangat jahat telah melakukan ini. Tapi ini sungguh menyakitkan. Kenapa begitu sulit menghilangkan bayangmu? Kenapa melupakanmu aku tak pernah bisa? Sesak hatiku dipenuhi harapku tentangmu. Kau benar-benar jahat. Tapi aku masih ingin mencintaimu.
Pudar, rahasiaku bukan menjadi rahasia lagi. Semua orang tahu, ya orang-orang itu tahu. Kecuali aku. Aku tak pernah benar-benar tahu bagaimana isi hatiku. Aku tersesat, sekaligus terjebak, ya tentu saja. Dalam kagum aku memujamu, dalam hati aku mempertanyakanmu. Hai kau, katakanlah sesuatu kepadaku.
"Hai kau, kagumkah atau cintakah aku kepadamu?"
Ingin, aku ingin mengatakan apa yang ingin aku katakan. Tentang senyummu yang semalam, tentang yang ku rasa entah, tentang suara yang menjadikanku candu, tentang cinta yang entah kapan ku ketahui artinya, tentang apa saja, tentang apa saja, tentang apa saja.
Terkunci, terhenti aku pada sesuatu yang tak bisa ku artikan.
"Aku mencintaimu" kataku pilu sendiri.
Cermin-cermin berisi gambar diriku menertawakanku.
"Jangan sampai tak terucap" kata mereka riang.
"Ya tentu saja. Akan ku lakukan. Secepatnya. Sampai setidaknya aku tak berada di alam yang berbeda dengannya" kataku merendah.
Berpikir, apakah aku sempat terlintas dibenakmu? Apakah kau merasakan sesuatu yang sama sepertiku? Apakah dikejahuan sana kau menatap bulan yang sama seperti yang malam ini ku lakukan? Apakah hati kita akan sama-sama terpaut? Apakah aku akan bisa berhenti meananyakan apakah dan apakah lagi? Oh aku bahkan belum pernah berhasil menemukan alasan mencintaimu. Aku ingin sekali menyampaikannya kepadamu. Tapi sayangnya tidak akan terjadi, atau mungkin belum, atau ya tentu saja aku tidak benar-benar mencari tahu kebenarannya.
Terbayang, akankah benar kau adalah sesuatu yang akan ku temukan? Atau akankah benar aku adalah sesuatu yang akan kau temukan? Atau apakah kita akan saling menemukan? Dan kita akan menjaadi pelengkap yang saling membuka ruang berfikir masing-masing dari kita, lebih luas, lebih jauh, dan juga lebih banyak cinta.
Berniat, jika kau benar datang, aku tak akan memikirkannya 2 kali. Karena kau adalah satu, kau adalah satu-satunya, dan tentu aja kita akan bersatu. Kau ibarat jiwa, sedang aku adalah raga yang bernyawa karenamu.
Oh tapi tunggu dulu.
Tak bisakah semua ini berhenti?
Sungguh aku ingin jatuh cinta selain kepada kau, tuan tampanku.
Endingnya tuan tampan. Mantap bener ini tulisan, sampai menahan emosi aku. Ternyata wanita kalau membahas tema cinta sangat optimis dan menggebu ya. Kalau ditanya apakah rasamu juga sama, maka pria punya jutaan alasan yang paling menyenangkan. Aku tak berhenti tertawa, kagum bener, tak bisakah aku berhenti berkokok? Ada juga wanita yang model begini, lahir hari kartini apa ya, gak mau sebenarnya aku berhenti nulis komentar ini, mengapa juga aku berkomentar? Aduh, prestasi paling menyenangkan ini, enak ya kalau menulis segala hal yang tak bisa kita ucapkan, sensasinya sangat terasa. Oh iya, apakah memang benar bahwa gambar kita di kaca itu selalu menyukai segala hal yang kita pikirkan? Dan sebagai penutup begini, aku selalu saja terkesima dengan karya para wanita, mereka sangat jujur, sebagai pria aku seakan haram mengecewakannya. Lanjut lagi ya, oh ya... dan lagi aku tadi punya cerita yang unik, rahasia tapi. Oke terima kasih sajian malamnya, nikmat.
BalasHapusOptimis dan menggebu? Haha ya aku memang sebucin itu membahas tentang cinta. Andai aku berani menyampaikan surat ini kepada tuan tampan itu. Ahh surat cintaku.
HapusAku bukan taurus dan gambar kita di kaca tidak selalu menyukai segala hal yang kita pikirkan. Ya mungkin, nanti aku tanyakan dulu ke gambarku di kaca ya.