Selasa, 19 Mei 2020

Review Buku : "Bicara Itu Ada Seninya"

Komunikasi adalah salah satu hal dasar yang sangat penting dalam menjalin dan menjaga hubungan dengan orang lain. Memperbaiki dan mengasah kemampuan berkomuikasi adalah sebuah langkah awal yang baik untuk membuka peluang yang besar untuk kita semua baik dalam hal berhubungan dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja.

Oh Su Hyang, seorang Dosen dan pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan dalam bukunya yang berjudul "Bicara Itu Ada Seninya" mengulas banyak hal tentang teknik berbicara yang baik. Beliau memberikan beberapa rahasia tentang cara berkomunikasi yang efektif dengan menghadirkan banyak pengalaman-pengalaman yang sudah beliau jalani dan beberapa cerita menarik yang tentunya menginspirasi kita semua ketika selesai membaca buku ini.

Dalam buku ini beliau menjelaskan tentang bagaimana membentuk kesan awal yang baik ketika kita bertemu lawan bicara untuk pertama kalinya. "Ucapan menentukan kesan pertama" begitulah ucapnya. Ya, kita memang tidak seharusnya terus membicarakan diri sendiri dan tidak memikirkan lawan bicara. Kita seharusnya hanya perlu berbicara secukupnya dan lebih banyak mendengar penuturan lawan bicara.

Beliau juga menjelaskan bagaimana cara membangun kepercayaan diri, melatih logika bicara, berbicara dengan cara bercerita (story telling), mengatasi trauma dalam berbicara, memperhatikan olah suara dan gerak tubuh, cara bernegosiasi, trik berdebat, mempersiapkan presentasi, membangun obrolan yang menguntungkan, menghadirkan irama dalam berbicara, juga cara berbicara untuk mewujudkan impian.

Ada satu kutipan yang menjadi favoritku:
"Bila ingin sukses, berbicaralah seperti orang sukses. Berbicaralah seperti orang yang Anda impikan. Berbicaralah dengan antusias dan bertingkah seolah Anda telah sukses. Mulai sekarang, berbicara sambil membayangkan bahwa Anda akan segera sukses, maka tak lama lagi impian Anda akan terwujud."
(Bicara Itu Ada Seninya, Hal : 46)

Kemudian beliau juga menjelaskan rumus terapi komunikasi yang bisa kita terapkan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.



 C = Q x P x R 
Communication = Question x Praise x Reaction 
Komunikasi = Pertanyaan x Pujian x Reaksi


Beliau menjelaskan bahwa dalam dialog, ada "aturan 1-2-3". Sekali berbicara, 2 kali mendengar, 3 kali memberi umpan balik.


Kemudian membahas juga tentang humor dalam berbicara. Bahwa humor adalah tentang timing. Bahwa kita bisa melatih rasa humor kita sendiri dengan menonton banyak drama atau pertunjukan komedi.


Beliau juga menjelaskan bagaimana trik untuk mengakhiri presentasi yang bisa menggerakkan hati audiens. Selain menggunakan ucapan persuasif, simpati, dan kalimat pembuka yang orisinil, beliau memberikan rumus mengenai pokok bujukan, yaitu:



 P = P x S x T 

Persuasion = Punch x Sympathize x Touch
Bujukan = Pukulan x Simpati x Sentuhan


Hal mendasar lain yang harus kita tahu, bahwa tidak bisa bicara dengan baik adalah masalah besar. Tapi bukan berarti kita tidak bisa mengubah keadaan, karena bisa bicara dengan baik bukan bawaan dari lahir. Kita bisa memulainya dengan latihan berbicara dengan memotong suku kata, kemudian latihan olah suara, dan kemudian kita bisa menjadikan suara kita menjadi suara bariton yang menggema, indah,

Sering-seringlah berbicara, sebab aktif berbicara justru lebih baik. Karena hidup akan berubah dengan mengubah cara bicara. Tidak perlu takut menjadi bahan tertawaan. Tampillah secara sempurna sebagai diri kita yang apa adanya. Karena kita istimewa dengan apa yang kita punya dan kita tata. 


Selamat membaca. Selamat berlatih menjadi pembicara yang hebat.


Salam Literasi.


Sabtu, 02 Mei 2020

Di Mana Tempat Pulang Ternyaman?

"Aku benci malam sepi, bimbang diri datang lagi, apa memang........... "

Aku tidak sedang bernyanyi, aku hanya sedang membaca sebait lirik lagu. Ya lumayan, sebagai teman. Daripada benar-benar sendirian.

Aku benci malam sepi. Ruang-ruang ingatanku  seketika menjadi penuh, ramai sekali. Aku ingat kisah-kisah itu, tempat-tempat itu, orang-orang itu, semuanya tentang itu. Tentang masa lalu yang sempat membuatku pilu. Tentang sekian banyak tawa yang seketika dipaksa sudah. Tentang mimpi yang begitu saja dipaksa berhenti. Tentang cinta yang sering kalah dengan ego. Tentang aku yang sendiri bertanya-tanya "sebenarnya apa yang aku ingini?".

Malam semakin larut, tapi riuh ini tak kunjung usai. Aku bertanya "kenapa?". Tapi mereka hanya menyuguhkan tawa. Mereka? Siapa mereka? Aku bahkan tidak tahu siapa mereka. Karena hanya ada aku dan bayanganku sendiri di antara remang lampu yang menerangi ruang kamarku yang sengaja kujadikan setengah gelap ini.

"Aku ingin jadi baik, aku hanya ingin jadi baik. Tapi bagaimana bisa benar-benar jadi baik?" kataku.

Kedua mataku mulai basah. Begitu terus. Setiap bertanya, setiap itu juga aku menemukan pembanding. Rasanya menjadi baik saja belum cukup. Aku merasa butuh warna yang lain di hidupku. Aku mencari apa, tapi belum juga kutemukan jawabnya.

Pernah aku terluka, tidak sengaja (mungkin), tapi benar-benar sakit rasanya. Dan kemudian aku meratap sendirian juga melakukan sesuatu yang sama seperti yang sebelumnya. Aku bertanya-tanya "kenapa harus aku?". Tapi hening, aku ditertawakan bayangku sendiri. Oh tidak, lebih tepatnya aku menertawakan diriku sendiri.

Lalu kemudian aku mengajak diriku sendiri berlari di ruang imajinasi, menari-nari dengan mimpi-mimpi yang mulai ku tata lagi. Hatiku sepakat menyediakan ruang lagi untuk sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa menjadikan diriku tersenyum lagi. Aku bahagia, mencoba pulih dengan rangkaian kata-kata.

Berdiri di hadapan cermin, aku menatap diri sendiri, mengucapkan banyak terimakasih untuk apa yang telah terlalui hari ini, dan tak lupa memberikan motivasi untuk hari esok.

"Terimakasih duhai diri, kamu hebat" kataku kepada bayanganku di cermin.

Seharian aku berlarian mengejar deadline kerja yang membosankan. Berulang kali aku mencoba bersembunyi dari riuh sekitaran yang menyebalkan. Dan sesekali aku diam menatap kagum sesuatu yang ku anggap agung.

Sebenarnya aku lelah, memaksakan diriku melakukan dan menjadi apa saja. Padahal kadang aku melakukannya dengan terpaksa dan malah membuatku menjadi bukan diriku sendiri. Menyiksa diri sendiri malah bisa jadi. Dan penat ini, membuatku ingin pulang.

Ya, malam ini aku pulang. Aku pulang kepada diriku sendiri. Tempat ternyaman memanjakan diri. Membicarakan apa saja yang telah ku lalui hari ini, kemudian meminta maaf atas apa saja yang mungkin tidak seharusnya aku perbuat kepada diriku sendiri. Dia menerima, memaafkan dan memelukku dengan hangat di antara dingin malam yang menyeruak. Meski belum lepas sepenuhnya, setidaknya aku pernah ingin mencoba. Meski belum sadar sepernuhnya, aku sudah lebih tahu bahwa ternyata aku hanya sempat kehilangan diriku saja.

Akhir kata aku berjanji akan menjaga diri dengan lebih baik lagi dan berusaha untuk tidak lagi menjadi apa yang bukan aku sebelum akhirnya aku pulas tertidur dan tenggelam dengan segala gerutuan juga janji-janji manisku.

Semoga hari esok akan jadi hari yang lebih baik. Semoga berhasil. Semoga beruntung.

------------------------------------------

Salam Literasi

#Day (9)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah

Jumat, 01 Mei 2020

Welcome, Wonderful Mei

Hai, selamat pagi semesta, jum'at, langit-langit kamar, kerlip lampu tidur, foto-foto lama di dinding kamar, boneka hadiah wisuda, tumpukan buku yang belum semuanya terbaca, dan sekian banyak notes di mading kamar.

Selamat pagi, ka....mu. Siapapun kamu yang membaca tulisan amatiran ini. Selamat pagi ka....mu (yang jadi idamanku). Aduh kaku amat pagi-pagi.

Oh hai mei, selamat pagi dan selamat datang di 2020 yang penuh dengan kejutan ini. Seneng deh rasanya, bangun-bangun udah sampai di bulan mei. Mei ke berapa ini? Oh yang ke 2020. Baiklah, panjang umur kehidupan. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah, puasa masih hari ke-8 dan anak-anak di kampungku sudah syahdu takbiran. Masyaallah masyaallah masyaallah nak, kita masih butuh 22 hari lagi untuk berlebaran. Takbirannya diganti dzikiran sama sholawatan dulu bisa kali ya?

Mei mei mei, Mei Mel....... apa kabar? Ulang tahunmu tanggal berapa mee? Sudah tahun ke berapa mei mu kali ini? Aku.... aku ucapkan selamat ulang tahun, selamat tambah tuek sekarang ya? Takut meinya keburu jadi juni. Hehe.
Kamu apa kabar mee? Sudah bahagia belum? Tapi belumpun aku tidak akan banyak membantu. Ah sudah lah mee, sesungguhnya aku hanya ingin mengucapkan selamat hari buruh wahai Mei si karyawan teladan yang sukanya tetap lembur di hari libur. Lekaslah hamil, agar supaya cuti 3 bulan bisa benar kamu dapatkan. Tapi ya jangan lupa.... hmm.... maksudku, menikah dulu. Kamu tidak lupa kan mee? Bahwa kita hidup di dunia ini tidak hanya untuk selalu bekerja. Kita perlu menikmati sisa usia kita, bersenang-senang dengan semesta, memperbanyak ibadah kepada-Nya dan memperbanyak bercinta. Eh bukan, aku bercanda sayang. Tapi aku bicara kebenaran. Haha.

Satu hal mee, panjang umur perjuangan. Tetaplah tegar menjadi urat nadi bagi bossmu. Semoga kita akan semakin menjadi seorang akuntan yang tangguh, handal, dan profesional, serta segera menjadi boss untuk para urat nadi kita kelak. Haha.


Pimpin aku bersyukur, sekarang, oh tidak, maksudku setelah kamu membaca celotehan tak berfaedahku ini. Bahwa kita masih beruntung bisa berdiri tegak mengemban amanah sebagai karyawan muda di tengah-tengah pandemi yang sudah menjadikan banyak karyawan kena PHK.
Jangan lupa misuh secukupnya dan beristigfar serta bersyukur sebanyak-banyaknya setelahnya ya. Karena misuh emang bikin kita lega, ya kan? Ya Allah, kenapa selalu ada yang bisa kita halalkan dari sesuatu yang sudah jelas-jelas tidak halal untuk kita? Nggak papa, yang penting kita tetap tetep berusaha seimbang di tengah-tengah kebimbangan. Wkwkwk.
Semoga kesabaranmu mendekatkanmu dengan jodoh dunia dan akhiratmu, dan menjadikan kamu berbahagia lahir dan batin. Aamiin Ya Allah.
Ah aku mulai ngelantur. Maaf ya mee, aku terlalu bahagia bisa sampai di bulan mei yang penuh harap ini.


Mei mei mei, di 31 hari milikmu yang tidak bisa ku tebak itu, akan terjadi apa? Aku akan menangis (lagi) tidak? Atau aku akan selalu menjadi riang? Atau aku akan berada diantaranya? Ahh untuk apa aku bertanya? Toh kamu katakan atau tidak, aku harus selalu bersiap-siap menerima bukan? Termasuk pandemi yang entah kapan pergi, bapak dan saudara yang tidak pulang di hari lebaran ini, dan apalagi? Hei, kebayang banget sepinya lebaran tahun ini. Nggakpapa, nggakpapa, panjang umur kesabaran.

Mei mei mei, hari ini tanggal satu dan saatnya gajian. Yeeee dapet duit yee dapet duit yeee. Yeee tapi besok mulai bayar ini itu yeee. Dah deh bakal abis juga akhirnya, tapi semoga tidak lupa beramal. Senyum misalnya. Wkwkwk.

Mei mei mei, selalu ada harapan baik untuk sesuatu yang baru. Tak terkecuali untukmu di tahun 2020 ini. Ya benar, mei, jumat, puasa, betapa kita selalu dipertemukan dengan waktu-waktu mujarab untuk berdoa. Mari menengadah bersama dan kita terbangkan harapan-harapan kita kepada-Nya.
Tentang segala harapan, kedekatan dengan-Nya, kewarasan, kesembuhan, kemampuan menerima segalanya, kebaikan, keselamatan, kebahagiaan, kelancaran dalam segala hal, kenikmatan dan keberkahan dalam hidup ini, semoga akan menjadi semakin dekat dan menjadi milik kita semua.
Semoga pandemi ini lekas hilang, yang sedang sakit lekas sembuh (lahir batin), yang berjarak lekas bertemu, yang berharap/bermimpi lekas menjadi kenyataan, yang takut bicara jadi berani mengungkapkan, yang hilang lekas menemukan ganti, yang patah hati lekas jatuh cinta lagi, yang masih sendiri lekas bertemu pujaan hati, yang masih pas-pasan lekas menjadi kaya, yang gelap jadi terang, yang benci jadi cinta, yang sedih jadi bahagia, yang kecewa jadi rela menerima, yang sulit jadi mudah, yang apapun itu baik semoga mendekat dan mendekap diri kita semua.


Mei mei mei, bekerjasamalah dengan semesta, jadilah baik untuk kita semua. Aku sedang berusaha mei, aku sedang berusaha menerima. Apapun, termasuk terhadap apa yang tidak pernah atau yang belum pernah kubayangkan sebelumnya.

Mei mei mei, tak apa menjadi tidak terlalu sempurna. Tapi aku mohon, sudilah berusaha sebaik-baiknya. Kita berjuang bersama dengan porsi masing-masing yang kita punya. Mau ya mei ya?
____________________________

Salam Literasi

#Day (8)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....