Sebagian basa-basi kehidupan dunia dengan pernak-pernik rasa apa saja yang telah terjadi sesuai dengan garis takdir Yang Maha Kuasa
Selasa, 20 Desember 2022
Kamis Bersama Bapak
Senin, 28 November 2022
Review Buku "Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau"
"Katakan 'aku mencintaimu', agar tampangku kian menawansebab tanpa cintamu aku tidak bisa tampankatakan 'aku mencintaimu' agar jemarikumenjelma emas dan keningku menjadi lenterakatakan 'aku mencintaimu', agar tuntas aku berubah menjadi gandum atau kurmasekarang katakanlah, jangan ragubeberapa cinta tak suka menunda"(Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau, Hal : 72).
Jumat, 18 November 2022
Review Buku "Seribu Kisah, Sebuah Kasih"
"Mencintai dan dicintai adalah kesedihan yang sama...Kita mencintai bukan sekedar untuk dicintai-kita mencintai oleh sebab kita ingin dan sanggup untuk mencintai orang tersebut.... Meskipun tidak melulu hal indah yang datang, semoga kita bisa kerap jatuh cinta, berulang-ulang.... (Seribu Kisah, Sebuah Kasih, Hal: 136).
Ini adalah halaman favoritku. Halaman pembuka bagian akhir dari buku ini. Buku yang berisi banyak cerita pendek tentang hubungan antar manusia. Buku yang menyimpan banyak kisah cinta. Yang diam-diam, yang terang-terangan, yang hati-hati, yang sembrono, yang tidak sengaja, yang bertepuk sebelah tangan, yang tidak menyadari, yang bahagia, yang tidak bahagia, yang diantara itu semua, aku tidak peduli bagaimana. Karena perjalanan-perjalanan telah banyak tertulis juga terbaca, dan aku telah berhasil menjadi salah satunya. Ah senangnya menjadi manusia. Agak aneh, tapi aku menikmatinya. Ya meskipun itu berjalan sedikit demi sedikit.
Hubungan antar manusia memang tidak ada yang pasti. Tidak akan ada rumusnya. Tidak juga bisa diterka-terka. Kalau endingnya bahagia, ya selamat. Kalau ternyata tidak, ya selamat juga. Setidaknya semuanya pernah ada, bahkan dititik dimana orang lain tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya. Kita semua sudah sama-sama tahu, baik saja tidak cukup untuk menjadikan sesuatu jadi pas. Dan begitulah hari-hari berjalan. Selalu mengalir ke segala arah. Kita hanya perlu tahu bagaimana arah arusnya, juga bagaimana cara menikmatinya.
Megah bukan?
Sabtu, 29 Oktober 2022
Review Novel "Di Tanah Lada"
"Jadilah anak kecil barang sebentar lagi. Lebih lama lagi," katanya. "Bacalah banyak buku tanpa mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televisi tanpa takut jadi bodoh. Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu bisa mendapatkan semua itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat ini untuk hidup tanpa rasa takut." (Di Tanah Lada, Hal:197).
Buku ini mengisahkan tentang seorang Ava. Gadis kecil umur 6 tahun yang bertemu dengan P (anak kecil berumur 10 tahun) setelah kepindahannya ke rusun nero bersama kedua orang tuanya. Ava dan P, mereka senasib tapi tidak sama. Keluarganya sama-sama berantakan, tapi mereka tumbuh di lingkungan yang sangat berbeda sebelum akhirnya mereka bertemu di rusun nero. Dari sinilah perjalanan mereka bermula. Tragis, tapi penuh warna. Lucu, tapi memprihatinkan. Sederhana, tapi mengaduk-aduk. Pahit, tapi begitulah realita.
Itu adalah tentang bagaimana mereka menatap dunia dengan cara yang berbeda. Tentang bagaimana mereka menerjemahkan diri menjadi orang dewasa dengan cara berfikir khas anak kecil. Tentang bagaimana mereka tumbuh menjadi anak-anak yang skeptis dan berhenti percaya pada hal-hal baik. Tentang bentuk emosional anak kecil yang tumbuh di dalam rasa sedih dan lelahnya mental. Mereka sedih, marah, bimbang, bingung, sendirian, tapi sesungguhnya mereka tidak membenci. Mereka hanya merindukan kasih sayang yang tidak mereka dapatkan dari orang tua mereka.
"Karena belajar jadi mama yang baik itu sulit, Ava," kata Mas Alri. "Jadi mama, jadi papa... dua-duanya susah." (Di Tanah Lada, Hal:197).
Ya, jadi manusia memang susah. Jadi lumba-lumba juga susah. Jadi bintang di langit juga. Apalagi jadi laut. Dingin, hitam, dan menelan Ava juga P.
Seseorang sungguh perlu membaca ini, untuk belajar lebih lagi tentang bagaimana menjadi seorang dewasa yang benar-benar dewasa dan bisa jadi rumah untuk anak-anak terutama untuk anak kecil di dalam dirinya.
Itu memang susah, tapi mari terus kita coba.
Rabu, 05 Oktober 2022
Review Buku "Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta"
"Jangan tergila-gila dalam mencintai. Jangan tergila-gila dalam membenci. Jangan tergila-gila dalam mengagumi. Jangan tergila-gila pada apapun di dunia ini. Dunia fana. (Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, Hal : 210).
Memang tidak ada yang lebih menjaga dari pada mencukupkan semuanya. Tidak hanya tentang mencintai, tapi juga tentang bagaimana menerima cinta dan tidak melakukannya. Tidak hanya tentang asmara, tapi juga tentang harapan, bunga yang mekar, pohon yang layu, dan sesuatu yang abu-abu. Tidak hanya tentang kita yang seharusnya sudah dewasa, tapi juga tentang anak kecil yang masih dan akan terus tumbuh di masing-masing diri kita.
"Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta" adalah sebuah buku tentang orang-orang yang jatuh cinta, bermasalah, patah hati, menyesal, bangkit lagi, dan banyak kemungkinan lagi.
Buku ini berisikan sesuatu tentang cinta. Yang tidak direstui, yang diam-diam, yang terhalang jarak, yang hilang kendali, juga yang kehilangan diri sendiri.
Buku ini mengingatkan kepada kita semua bahwa tidak ada yang lebih penting dari cinta selain bagaimana cara menemukan konsekuensi dari cinta itu sendiri. Bahwa segala sesuatu selalu tampak lebih indah dari kejahuan, saat kita belum memilikinya. Bahwa dalam kondisi yang demikian, semakin banyak yang kita beri, maka semakin banyak pula kita merugi. Bahwa keselamatan hati adalah poin pentingnya. Bahwa dia adalah lelaki yang baik dan kau adalah gadis yang tahu batasnya.
"We're better than love. Jangan biarkan cinta menginjak-injak kita." (Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, Hal : 59).
Rabu, 07 September 2022
Review "Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan"
"Begitulah arti kehilangan seorang wanita. Dan ada kalanya kehilangan seorang wanita berarti kehilangan segala wanita. Dengan demikian kami menjadi-jadi lelaki-lelaki tanpa perempuan." (Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan, Hal 261).
Begitulah seorang Murakami menggambarkan sekian banyak emosi dan perasaan yang begitu nelangsa dari beberapa lelaki yang ditinggalkan perempuannya.
"Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan" adalah sebuah novel yang terdiri dari 7 cerita pendek tentang seorang lelaki yang ditinggalkan perempuannya. Seseorang ditinggalkan karena relasi yang menggantung. Seseorang lainnya ditinggalkan karena pengkhianatan. Seseorang lainnya ditinggalkan karena terputus maut. Seseorang lainnya ditinggalkan karena permainan. Seseorang lainnya tidak sadar dirinya telah jatuh cinta. Seseorang lainnya menjalin hubungan tanpa status. Seseorang lainnya memilih mati. Seseorang... hanya bernasib serupa tapi tak sama. Mereka berhubungan, kesepian, kehilangan, kebingungan, tapi seperti hanya begitu. Menerima segala sakit hati dan kesendirian.
"Begituan susah ya?" tanyanya
"Begituan bagaimana?"
"Maksudku, tiba-tiba harus seorang diri padahal sebelumnya selalu berdua"
"Kadang-kadang" kataku jujur.
(Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan, Hal 66)
Tapi itu tidak seberapa daripada kata Pak Kafuku, bahwa...
"Yang paling sulit bagiku daripada apapun" ujar Kafuku, "adalah kenyataan bahwa aku sebenarnya tidak pernah bisa memahaminya-atau setidaknya bagian yang barangkali penting dari dirinya. Dan, kini ia sudah tiada, mungkin takkan kupahami selama-lamanya. Ibarat lemari besi kecil keras yang ditenggelamkan ke dasar laut dalam. berpikir begitu, dadaku terasa sesak" (Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan, Hal 34).
Waw, agak sakit. Tapi Takatsuki juga sangat mewakiliku.
"Tapi Pak Kafuku, apakah mungkin bagi kita untuk sepenuhnya memahami seseorang? Walaupun kita mencintai orang itu dalam-dalam?" (Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan, Hal 34).
Sebuah titik buta. Sebuah bukti kehidupan. Ya, setidaknya semua (pernah) ada.
Selasa, 02 Agustus 2022
Review Novel "Tuhan Maha Asyik"
"Tuhan hanya menginginkan manusia selalu mencintai dengan kesadaran dan manghilangkan kecurigaan dan kebencian" (Tuhan Maha Asyik, Hal : 234).
Jumat, 08 Juli 2022
Review Novel "Cantik Itu Luka"
Jumat, 06 Mei 2022
Review Novel "Laut Bercerita"
Selasa, 05 April 2022
Review Buku "Seni Memahami Pria"
Selasa, 08 Maret 2022
Selamat Hari Perempuan Sedunia
Jumat, 04 Maret 2022
Review Novel "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya"
Begitulah tutur Cak Dlahom kepada Mat Piti usai ketidakberdayaan Cak Dullah di cerita "Wayang yang Memuji Diri Sendiri".
Cak Dlahom, seorang tokoh utama yang istimewa di buku ini. Dia sinting tapi tidak. Dia pintar tapi tidak. Dia bodoh, tapi juga tidak. Cuma kadang bikin geregetan dan tentu saja gila. Tapi di setiap tingkah absurdnya, Cak Dlahom selalu menyampaikan peringatan-peringatan kecil tentang bagaimana cara orang-orang memahami islam, tentang bagaimana hidup beragama, hidup bermasyarakat, juga tentang ibadah-ibadah yang sudah mereka lakukan. Apakah sudah benar-benar karena Allah atau hanya demi mendapat pujian dari orang lain.
Buku ini menceritakan tentang kehidupan orang-orang di kampung Ndusel. Kehidupan yang sederhana dan sangat-sangat relate dengan kehidupan orang-orang pada umumnya. Yang kadang peduli, yang kadang rajin beribadah, yang kadang tersinggung, yang kadang putus asa, yang kadang lupa bersyukur, yang kadang merasa benar padahal tidak, yang kadang kebingungan, yang kadang sombong, yang kadang keras, yang kadang lupa bahwa berwudu yang sebenarnya adalah memberi maaf. Bukan hanya menyejukkan muka. Bukan.
Buku ini bacaan yang sederhana tapi syarat akan makna. Buku ini buku islami yang bertema komedi. Buku ini rumah yang baik. Cak Dlahom pasti cekikikan mengetahui ini sambil terus menggumam
"...manusia itu hanya bisa mengaku-aku ada. Mengaku-aku bisa berbuat. Mengaku-aku punya nama. Mengaku ini itu. Tapi, semua hanya pengakuan karena mereka sebetulnya tidak ada dan tidak tahu kalau tidak ada". (Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya, Hal: 173)
Selasa, 15 Februari 2022
Review Novel "Waktu untuk Tidak Menikah"
"Kadang-kadang, memang selalu ada waktu untuk tidak berkasih. Untuk tidak bercinta, untuk tidak menikah. Lagi pula, kisah cinta yang melulu indah itu kata siapa?" (Waktu untuk Tidak Menikah, Cover belakang).
"Segala kemungkinan bisa terjadi. Asal kau tahu, kehidupan rumah tangga lebih berat jutaan kali lipat. Kau harusnya menghemat air matamu." (Waktu untuk Tidak Menikah, Hal: 126)
Selasa, 08 Februari 2022
Review Novel "Perempuan di Titik Nol"
"...Saya tidak lebih dari seorang pelacur yang sukses, dan tak jadi betapapun suksesnya seorang pelacur, dia tidak pernah dapat mengenal semua lelaki. Akan tetapi, dengan setiap lelaki yang saya pernah kenal, saya selalu dihinggapi hasrat yang kuat untuk mengangkat tangan saya tinggi-tinggi dan menghantamkannya ke muka mereka. Tetapi karena saya takut, saya tak pernah mengangkat tangan saya. Rasa takut telah menyadarkan saya bahwa gerakan ini sulit dilakukan...."
(Perempuan di Titik Nol, Hal : 170).
"Saya tahu sekarang bahwa kita semua adalah pelacur yang menjual diri dengan macam-macam harga, dan bahwa seorang pelacur yang mahal jauh lebih baik daripada seorang pelacur yang murahan." (Perempuan di Titik Nol, Hal : 125).
Selasa, 01 Februari 2022
Review Buku "Filosofi Teras"
Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan
Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....
-
Kudus, Mei'19 Malam ini hujan begitu deras mengguyur kotaku. Juga seluruh jiwaku. Malam ini aku diselimuti dingin sekujur tub...
-
Esok ramadhan akan datang. Sudahkah jiwa kita siap menjamu setiap ketukan yang dihadiahkan kepada masing-masing dari kita? Belakangan in...
-
Hari itu kantor hanya masuk setengah hari. Sisa waktu yang ada kami gunakan untuk menyelesaikan santunan kepada karyawan dan buruh kant...