"Ada kalanya diri ini sadar bahwa mengucap rindu itu......... tidak penting"
Ada beberapa bagian dari mereka yang menjadikanku kesal sendiri. Bagaimana bisa mereka lebih asyik membicarakan bahasan "entut" daripada merespon ungkapan kangenku? Hah karena ini aku jadi merasa hidupku tidak terlalu penting daripada sekedar ........ ah aku tidak mau mengatakannya.
"Kamu pasti merasa ada yang berbeda. Tapi bagiku itu sangat wajar. Dengan perbedaan itu aku tetap bahagia" kata seorang teman lama di sebuah chat what'sapp.
Aku terdiam, membaca kalimat itu berulang, tapi semakin membaca berulang, semakin aku merasa hilang. Rasanya aku ingin terbang bersama guguran daun yang terbawa angin. Bebas, pasrah, dan menyerah. Dulu aku pikir semua akan sama. Ramai, akrab, dan bersama. Tapi ternyata benar, persis seperti kata seorang senior "Nikmatin yang sekarang ada. Nanti kalo udah jauh, bakal kerasa beda. Mereka, aku, ya kita sudah terlalu sibuk mengurusi kehidupan yang baru."
Waktu itu aku hanya manggut-manggut mencerna sekian kalimat yang baru akhir-akhir ini benar ku rasakan adanya. Terlambat, harusnya aku sudah lebih dulu bersiap-siap.
"Ya, rasanya memang berbeda. Akupun bahagia, tapi pikiranku berkerumun banyak sekali tanda tanya. Haha sungguh kewajaran yang ambigu." kataku membalas.
"Kita terbatas waktu, yang kemarin itu terlalu sebentar. Biasanya kita jadi apa adanya dan berulang-ulang hingga nyaman dengan pengulangan itu. Tapi kemarin kita terkumpul dari lingkungan yang berbeda kembali, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dalam kondisi yang secapek-capeknya (kalo aku)."
Sebuah kesan dan pesan diutarakannya. Sederhana dan cukup untuk menggambarkan pertemuan singkat terakhir itu.
"Aku, aku susah menjelaskannya. Tapi seperti ada hilang. Enggak tahu apa, tapi aku merasakannya. Ahh sedih." kataku menjelaskan.
Pertemuan dan perpisahan adalah awal dari perbedaan. Pernah merasakan? Ya aku sedang berusaha terbiasa merasakannya.
"Karena enggak full team juga kan ya?"
"No, bukan itu."
"Apapun itu aku tetap suka. Haha"
"Sudah semestinya. Memang harus selalu ada yang disyukuri dari apapun. Ya, sekalipun banyak tapinya."
Tidak lama sebenarnya, tapi entahlah mereka terlalu menjadi segalanya. Mungkin karena mereka sudah berhasil menjadi rumah, atau memang aku saja yang enggan keluar dari zona nyaman bersama mereka. Tapi ya meskipun begitu, akan selalu ada yang menjadikanku tersenyum geli mengingat kebersamaan bersama mereka.
Aku kangen deh jadi mahasiswa. Oh bukan kangen kuliah, tapi kangen jadi anak organisasi. Eh bukan deng, maksudku aku kangen sama 38awesome. Hehe.
Dulu tengah malam masih aja di depan gerbang, rundingan nyari makan sambil evaluasi kegiatan, kadang juga masih melingkar ber-20. Sampe lupa nugas, padahal udah dibilang kuliah yang pertama, ukm yang utama. Tapi ya gimana, saking cintanya ye kannn.
Kalau lagi siang menjelang sore datang, aku suka kangen ngangkat kaki 90 derajat, turun ke 45 derajat, turun lagi ke 35 derajat, angkat lagi ke 90 derajat gitu lagi, gitu terus sambil rebahan, pegangan tangan, panas-panasan evaluasi dan ndengerin sekian banyak wejangan siapapun di lapangan yang ijonya royo-royo bareng mereka.
Kalau tiba malam, apalagi dijam-jam menjelang tidur, aku suka kangen gandengan bareng nyusuri lapangan hijau sambil jadi kodok kungkong. Dan kita hangat dipeluk dingin usai berenang di kubangan air tepat di bawah tiang gawang demi sebiji tempelan di lengan sebelah kiri/kanan. Haha inget banget kemarin di grup rame banget mbahas masa lalu. Moodku yang semula kaku, seketika luruh gitu aja tahu. Ahhh kalian.
Nah kalau lagi main sosial media dan lihat yang lagi jingkrak-jingkrak karena yel-yel, suka kangen joged sandal swallow bareng mereka pas kelar binsik buat ngilangin capek. Gini nih liriknya:
Check sound:
Sandal jepit, sandal swallow
Mata sipit, mata komando
Korps kita rajanya disko
Baret kita baret komando
Digesek-gesek asyik, nggak digesek nggak asyik
Digesek-gesek asyik, nggak digesek nggak asyik
Digosok-gosok enak, nggak digosok nggak enak
Sekali lagi
Lhah aku ngetik sambil nyanyi dan goyang sendiri dong. Wkwkwk.
Terus kalau lagi silaturrahmi jauh kaya gini, suka kangen melingkar ber-20 sampe tengah malem. Kadang rapat, nugas (padahal beda jurusan), makan, maenan kartu, atau pernah juga diem2 prepare muncak tanpa pamit sama empok. Ya Allah kangen jadi seliar itu bareng mereka.
Sekarang bercandanya jahuan dong. Kadang ada yang sambil makan, sambil weefha, sambil kerja, sambil rebahan, sambil maskeran, sambil apalagi si, banyak. Iya banyak sekedar yang bikin hati tiba-tiba ambyar tiap keinget kebersamaan bareng mereka semua. Aaa peluk jauh cah.
Dan tidak selamanya semua hal terasa sama. Juga tidak selamanya semua hal terasa berbeda. Semua hanya soal "rasa". Ya, aku mengerti sekarang.
Searah dengan itu setiap orang berkemungkinan merasa tidak cocok satu sama lain. Setiap orang berkemungkinan mencari celah menerima. Setiap orang berkemungkinan berakhir dengan merasa cocok. Entah untuk bertahan atau untuk pergi meninggalkan. Dan terimakasih sudah pernah berkenan bertahan, meskipun akhirnya jarak benar-benar menjadikan kita semua berjahuan.
Sayonara 38awesome yang ku cinta. Baik-baik di manapun kalian berada ya. Tetap jadi baik jangan lupa. Biar entar di akhirat kalau ada yang masuk surga bisa saling rangkul kek kita biasanya pas masih sama-sama.
Allah Yuftah Alaikum cinta.
Semoga berkah segalanya ya.
--------------------------------------------------
Salam Literasi
#Day (6)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah
Aamiin
BalasHapusJika kau rindu sebut mereka dlm do'a mu ;*