Senin, 27 April 2020

Romantika Orang Dewasa (3)

"Manusia banget sih kamu, sedih melulu" kataku kepadanya.

Dia perempuan, seumuran denganku, agak nyablak tapi baik, masih jomlo, dan sedang sama meratapnya denganku. Sebenarnya sudah lama aku dan dia tidak bertemu. Mungkin selepas wisuda sekitar 2 setengah tahun yang lalu. Tapi meski begitu, kita tetap saling mengganggu via chat WA.

"Sesungguhnya aku tidak terlalu bahagia seperti postinganku. Tapi ya syudahlaa, ahh aku jadi pengen ketawa haha" sahutnya.

Aku tertawa membaca chat terakhirnya. Membacanya menjadikanku berfikir bahwa memang selain banyak yang harus digapapain, hidup juga banyak yang harus diketawain. Bukan, bukan karena lucu. Tapi karena memang udah nggak habis pikir aja sama apa yang sudah-sudah. "Kok bisa? Lhah bagimane ceritanye? Lhah nggak jelas. Lhah yaudahlahhya terserah." gerutuku setiap merasakannya.

"Lhah sama, aku juga tidak sebijaksana postinganku. Serius, aku pengen jadi cah cilik lagi. Sakit akutuu jadi dewasa haha" kataku mencoba menyamai perasaannya.

"Aku pengen mainan masak-masakan aja nih. Jadi dewasa ribetnya nggak ketulungan. Ngorbanin perasaan nggak ada abisnya hihhhh" katanya kesal.

Aku tertawa (lagi). Kali ini lebih kepada merasa tidak tahu diri. Dulu masih kecil, aku meratap minta jadi kaya orang-orang tua yang kelihatannya dewasa itu. Tapi setelah sampai ditahap yang pernah ku mau itu, aku ketakutan dan mulai merengek minta kembali saja ke masa lalu. Waktu masih imut, masih lucu, masih lugu tanpa risau memikirkan ini itu. 

Kata orang-orang dewasa adalah pilihan. Kata orang-orang dewasa adalah tuntutan. Kata orang-orang dewasa adalah keharusan. Tidak ada jawaban yang mutlak. Setiap orang punya versi terbaiknya masing-masing.

Dulu aku membayangkan bahwa dewasa adalah sebuah pilihan. Aku bisa memilih menjadi apapun, pergi kemanapun, berhubungan dengan siapapun, dan dengan cara bagaimanapun. Aku bebas, merdeka sebagai seorang hamba. Tapi ternyata aku tidak sampai kepada bayanganku itu. Sepanjang perjalanan hidup yang aku lalui, dewasa bukan lagi sebagai pilihan. Dewasa adalah sebuah keharusan, juga tuntutan. Ya tentu saja ini membosankan. Banyak yang menjadikan diri sendiri menjadi terpaksa tanpa ada sebuah opsi pilihan. Padahal sebenarnya, sama saja. Karena sesungguhnya orang-orang dewasa itu hanyalah anak-anak kecil yang terpaksa menua. Yang usianya mau tidak mau bertambah dan kemudian memaksa orang-orang itu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada.

"Aku juga, sama. Tapi kita masih bisa main masak-masakan kok, tapi ya kudu jaga perasaan. Wkwkwk"

"Bercandamu.......... tidak lucu hah" katanya kesal.

"Jadi, beginilah rasanya setelah menjadi dewasa." kataku melanjutkan.

"Apa?"

"Oh tidak, maksudku menua."

"Ahh ya, itu...... lebih tepat"

Menua? Ya, ini memang istilah yang lebih tepat daripada menamakan diri dewasa tapi ternyata tidak dengan kenyataan yang ada. Kalau kita sedang ingin sesuatu dan tidak berkesempatan mendapatkan kemudian ingin menangis, menangis saja. Kalau kita sedang lelah kemudian mencari ibu, ayah atau siapa saja yang kita mau, datang saja. Ceritakan apa yang sedang kita rasakan juga yang kita inginkan. Yang membuat kita jatuh, yang bahkan ingin membuat kita menjadi gila. Lakukan saja apa yang kita mau. Bebaskan diri, jangan terlalu melawan masa bodoh.

Tapi satu yang harus selalu kita ingat. Datanglah kepada orang yang tepat. Yang bisa mengerti, yang tidak enggan menjadikan dirinya pendengar setia, yang bisa menemani, yang bisa membalut luka hati dan kemudian akan lebih bisa menjadikan kita bahagia setelahnya.
Atau kalau tidak, kita akan tahu siapa yang lebih tidak dewasa daripada apa yang telah kita lakukan dihadapannya. Haha

Karena sesungguhnya, dewasa itu hanyalah perkara tahu diri. Mengerti mana yang harus jadi prioritas. Mengerti bagaimana cara menyesuaikan dan membawa diri. Mengerti tanggung jawab terhadap resiko hidup. Mengerti bagaimana cara menghadapi apa saja yang datang dikehidupan ini.

Dewasa itu bukan soal umur. Pun bukan soal menilai. Dewasa itu bukan hanya pilihan. Dewasa itu keharusan dan tuntutan. Dewasa itu soal berfikir juga penerimaan terhadap diri sendiri atau bahkan kepada apa saja yang sedang dihadapi. Dewasa itu menghargai. Dewasa  itu menjaga. Dewasa itu, apa yang sedang kita lalui.

Jadi mari bergandengan tangan. Mari menua bersama dan menuju puncak dewasa itu. Semoga berhasil. Allah Yuftah Alaikum.

---------------------------

Salam Literasi

#Day (5)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Kepada Siapapun yang Sedang dan Masih Merasa Kehilangan

Dear Everyone, I know it's not easy. I also won't know how heavy your burden is. Tapi guys, hidup harus tetap berjalan....