Pernah merasa tiba-tiba sedih, kacau, nangis sendiri, dan lemah selemah-lemahnya? Padahal tidak sedang terjadi apa-apa denganmu. Padahal kamu baru saja tertawa riang bersama seseorang yang sama riangnya denganmu. Padahal kamu sedang membayangkan sesuatu yang indah. Tapi kamu pikir kamu sedang tidak benar-benar baik-baik saja. Kamu teringat dan terbayang sesuatu. Tapi kamu masih mencoba untuk kuat, sampai akhirnya emosimu memuncak dan kamu tidak bisa lagi memperlihatkan bahwa kamu baik-baik saja. Pernah menyadari ini tidak? Bahwa kamu pernah serandom itu. Ya, beberapa tidak menyadarinya dengan baik. Mungkin, kamu jadi salah satu diantaranya.
Masih ingat kapan terakhir kali kamu merasa terluka? Masih ingat penyebabnya? Masih ingat bagaimana cara menyembuhkannya? Masih ingat kapan terakhir kali bertanya kepada dirimu tentang 3 pertanyaan sebelum ini? Masih ingat jawaban apa yg kamu temukan? Atau malah semuanya begitu saja terlupakan?
Baik, simpan jawabanmu tuan dan puan. Tidak perlu lagi menanyakan ini berulang. Tidak usah dulu kebingungan. Tidak usah lagi mengartikannya dengan berlebihan. Tidak usah, sungguh kita tidak perlu melakukannya sekarang.
Kita sama (ya mungkin), pernah mengartikan semuanya sendiri dan mungkin juga menghakimi. Kadang sesuatu yang kita inginkan tidak berakhir seperti apa yang kita inginkan. Lalu kemudian menjadikan diri kita ketakutan dan kita terjebak dalam kerumunan tanda tanya yang entah kapan menemukan jawabnya. Kadang aku sendiri tidak bisa menerima itu. Tapi sudah tidak lagi, setelah aku sadar bahwa hidup ini bukan hanya tentang mendapatkan apa yang aku mau. Tapi menerima segala yang telah menjadi kehendak-Nya. Ya, sesederhana itu jawabannya. Menerima.
Kamu tahu, betapa setiap orang memiliki haknya masing-masing? Kamu tahu, betapa dirimu juga berkemungkinan sama seperti mereka? Kamu bermimpi, bercita-cita, dan berkhayal sesukamu. Kamu sedih, bahagia, bingung, cari perhatian, bosen, khawatir, ngomel, diem, hidup, dan tentu saja mati. Ya selalu ada 2 kemungkinan di dunia ini. Iya atau tidak, benar atau salah, berani atau takut, berhenti atau terus, berdua atau sendiri, dan masih banyak lagi. Yang penting kita harus tahu bagaimana setelahnya. Bukan, bukan lari, tapi tetaplah berdiri tegak dengan dirimu dan sambutlah semuanya dengan bahagia. Ini tidak akan lama dan semua akan baik-baik saja.
Kamu tahu? Segala yang lucu kadang datang begitu saja tanpa pernah kita tahu. Lalu kita tertawa atau bisa jadi merasa gila karena tidak sejak dari dulu mengetahuinya.
Kamu tahu? Segala yang menyedihkan sering datang karena kita sendiri yang larut merasakan. Dan kita bersedih, menangis berkepanjangan, juga jadi hobby mengumpat karena kesal meladeninya.
Kamu tahu? Segala yang membahagiakan datangnya sering tidak terkira dan tidak kita sangka. Tiba-tiba saja dia datang dalam bentuk yang sangat sederhana tapi bernilai istimewa, lebih dari apa yang kita harapkan sebelumnya.
Nikmatilah, rasakanlah benar-benar bagaimana rasanya. Mungkin kita akan tertawa, atau kembali menangis setelahnya, atau bisa jadi kita masih bingung harus bagaimana menjalaninya. Banyak mungkin yang bisa kita terka. Banyak terka yang menjelma sebagai sesuatu yang tak sesederhana atau bahkan serumit yang kita bayangkan. Banyak bertanyalah dan temukanlah satu per satu jawabnya. Tidak harus sekarang juga, bisa nanti, atau mungkin besok, lusa, dan entahlah. Setiap hal punya waktu dan caranya sendiri-sendiri.
Semesta memang gemar sekali memaksa kita untuk sudi paham, menerima, dan melengkapinya dengan syukur yang sebanyak-banyaknya. Tidak peduli seberapa sakit yang kita rasa, tidak peduli seberapa sementara bahagia yang kita punya, tidak peduli juga seberapa rumit kita memikirkan segala kemungkinanya.
Semesta selalu saja mengingatkan kita untuk bisa menjalani hidup ini dengan secukupnya dan sewajarnya. Tidak apa-apa, ini tidak akan menjadi masalah. Karena pada waktu yang telah menunggu, kita akan sampai kepada tanda tanya terakhir.
"Jadi ini jawabannya?" kata masing-masing kita sambil tersenyum lega.
Begitulah kiranya. Dan kemudian sebuah senyum sumringah akan tercipta, segala sakit akan pulih, segala hal akan menjadi indah dan kita akan bahagia.
Ya aku telah melakukannya (lagi) dan ini terhitung yang ke sekian kali. Kiranya kamu ingin juga melakukan hal yang sama denganku. Kamu bisa melakukannya sambil mengulang kalimat awal tulisan ini. Kalau ternyata sekali masih gagal, coba lagi. Kalau ternyata gagal lagi, coba lagi sekali lagi. Kalau ternyata masih gagal, coba lagi berkali-kali. Selamat mencoba. Semoga lekas pulih sakitmu, semoga semakin damai hatimu, dan semoga semakin tenang jiwamu.
-------------------------------------------
Salam literasi.
#Day (1)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah
suka banget tulisannya :) can relate hehe
BalasHapusAlhamdulillah, Jazakumullah khair mbak
Hapusbagus tulisananya. Jadi setiap perbuatan itu ada alasannya ya ka :)
BalasHapusYa, kira-kira begitu mbak.
HapusHampir persis sama yg kita alami dan cara tuk mengatasi . Semangaaaatttt
BalasHapus