Masih siang dan kebetulan sedang
sendirian. Keadaan sekitaran sedang hening, hanya ada suaraku dan dentingan lagu milik
Alya Zurrayya. Ya "Ruang Tanpa Rencana", sebuah lagu yang menyentilku. Menyedarkanku tentang sebuah cara memahami sesuatu ketika sedang terjebak dalam situasi yang tidak terduga, termasuk pertemuan dan perpisahan.
Tidak banyak, tapi aku bilang aku
sedang... hmmmm.. kangen. Haha. Belibet sekali aku ini.
Kedua mataku terpejam. Bernyanyilah aku
bersamanya, menyelami satu per satu lirik yang disuguhkannya untuk semesta.
Indah, semua rasa ada di dalamnya. Dia memelukku. Dia memeluk setiap hati yang
sempat dan sedang merasakan kehilangan, entah sementara atau bahkan untuk
selamanya.
Tidak ada kehilangan yang terasa mudah bukan? Akan selalu ada yang terluka, entah karena belum bersedia rela atau karena alasan lainnya.
"Kamu kangen juga enggak? Eh ngapain
aku nanya beginian? Sorry sorry" kataku pada seorang teman.
"Lhah apaan deh. Kangen dong. Pastilah. Berteman itu
kaya ada fase-fasenya gitu ya? Iya nggak sih? Haha ya, meskipun rasanya pengen
tetep barengan, tapi hidup kan nggak bisa stagnan. Iya kan?" katanya
membalas.
"Ya gitu deh. Bener. Sedih. Tapi
gimana si? Tiap orang punya masanya sendiri-sendiri. Sekarang kita dipaksa jadi
baru lagi, setelah dulu kelar SMA, masuk kuliah. Terus kelar kuliah, sekarang
kerja. Alhamdulillah udah kerja ya kan? Yah, tapi kan tetep aja kita kepaksa menjalin sesuatu yang
baru lagi. Entar nikah, juga jadi baru lagi. Entar jadi ibu, juga jadi baru lagi. Entar
mati, ehhhh udah dulu deh. Wkwkwk"
"Ya kembali lagi kita hidup bukan
cuma untuk bersenang-senang. Ya kan? Ya semua fase itu harus kita lewatin
dengan baik. Ya bener katamu, 'Jadilah baik disetiap fase yang kita lewati',
biar kita bisa dikenang baik di fase setelah itu".
"Yang pasti hidup itu harus berjuang. Ya dipaksa lagi kita. Wehehehe"
Aku menggambarkannya satu per satu, menuliskannya ada sajak-sajakku yang kadang tak berarah itu. Memandang foto-foto lama, aku mengenangnya sebagai sesuatu yang sempat membahagiakan dan juga menyedihkan.
Tapi ternyata benar ya, semua yang ada di semesta ini selalu berpasangan.
Laki-laki dan perempuan, buku dan pembacanya, musik dan penikmatnya, sendok dan
garpu, kancing dan baju, pertemuan dan perpisahan, juga aku dan dia yang masih ku pertanyakan itu.
Tapi meskipun begitu, tidak ada yang salah dengan adanya banyak rencana. Kita hanya perlu bersiap meninggalkan dan ditinggalkan. Sebab kehilangan, tidak pernah menyuguhkan permisi dan tidak pernah bertanya kapan kita siap. Sebab kita memang dilahirkan untuk memaknai kepergian. Tapi tidak apa-apa, pada saatnya nanti, kita akan menjadi terbiasa dan baik-baik saja menjalaninya. Kita akan tersenyum, karena kita sudah mampu menerima semuanya.
Takdir dari-Nya adalah yang terbaik. Selalu lebih baik daripada yang sekedar kita mau dan kita anggap baik. Tidak ada satupun yang luput dari cinta dari-Nya. Termasuk sesuatu yang tidak kita sadari baik sebelumnya. Selalu ada alasan atas segala yang terjadi. Itu pasti dan kita harus mau memahami ini.
Satu yang pasti, tugas kita hanyalah menyelesaikan cerita kita sendiri dengan sebaik-baiknya. Mungkin kita bisa jadi teman bicara, jadi pendengar setia,
jadi penutur ulung, juga jadi rumah, atau terserah apa maumu. Entah untuk mereka yang kita cinta, atau
bahkan hanya untuk diri kita sendiri. Setidaknya kita pernah menjadi berguna ada di semesta.
Tapi ya meskipun jauh, setidaknya aku
masih bisa melihatmu ada di dunia ini. Daripada hanya sekedar mengenangmu
sebagai sesuatu yang telah pergi tanpa pernah bisa kembali. Aku terlalu takut,
aku takut kehilangan senyum-senyum yang tulus dan penuh kasih sayang itu.
Terimakasih, sudah pernah hadir sebagai
titipan. Terimakasih sudah berhasil jadi cerita. Terimakasih untuk semuanya.
---------------------------
Salam Literasi
#Day (7)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar