Menunggu? Kata orang-orang ini hal yang menyebalkan. Kataku juga, tapi tidak dengan sekarang ini. Membiarkan waktu berlalu begitu saja memang membuat sebagian orang kesal. Kecuali untuk orang-orang yang menganggap ini tidak penting.
Aku pernah. Pernah sengaja melakukannya. Pernah juga karena tidak sengaja, tapi akhirnya jadi terbiasa. Pernah kesal pada akhirnya. Pernah menyesal setelahnya. Tapi semua tetap sama. Tidak ada yang berubah, kecuali keadaan hati setelahnya.
Siapa si di dunia ini yang benar-benar tahu bagaimana nasib hidup ke depan? Sedetik bahkan setahun atau berapapun panjang waktu yang ada. Tidak ada, kita adalah manusia. Hanya bisa berencana dan hanya bisa menjadikan diri sebagai pelaksana. Lebih dari itu, kuasa Allah adalah segalanya.
Mengertilah, menunggu bukan hanya soal berapa waktu yang kita habiskan. Tapi bagaimana kita bisa menikmati semua itu, meskipun apa kita tunggu belum tentu menjadi akhir yang kita tuju.
Sebenarnya aku belum begitu ahli dalam hal ini. Langkah demi langkah masih ku jajaki untuk bisa memahami benar perihal hakikat menunggu. Ada begitu banyak kemungkinan. Ya begitu banyak. Yang baik, yang buruk, yang terduga, atau bahkan yang tidak pernah disangka-sangka.
Tapi kenapa masih saja sekian kali berpikir "ahhh mana mungkin"?
Bukankah tugas kita hanya menunggu? Bukankah semua hal memiliki waktu? Dan dia akan datang dengan begitu menakjubkan di kehidupan kita yang mungkin, ya mungkin bisa jadi sudah hampir menjadikan diri kita sebagai seorang pecundang. Aku tahu ini bukan sesuatu yang mudah. Aku tahu butuh usaha keras untuk bisa menyadari semua bahwa ini akan menjadi sesuatu yang baik-baik saja.
Sebuah tanya, sejuta jawabnya, tapi ya mungkin sama saja. Paling kita sepakat bilang "iya (banget)" haha.
Tapi lama ku cerna, bilang iya tidak selamanya benar. Aku pikir kita dan waktu itu seimbang. Kita pikir kita saja yang menunggu waktu, tapi ternyata waktu juga melakukan hal yang sama dengan kita. Kita sama-sama berusaha saling menemukan. Semoga kita selalu menyadarinya.
Waktu juga suka ngeluh. Sama sambatnya dengan kita. Katanya "Mereka kapan sampenya si? Cape tau nunggu terus. Aku kan pengen ngerasa plong gitu. Nggak kaya gini, bertanya-tanya terus.". Tapi mereka diam, lebih ke manjaga (mungkin). Menjaga diri biar nggak salah jalan (lagi).
Udah kebayang belum, gimana waktu sama galaunya sama kita? Kebayang juga enggak gimana waktu cuma bisa muter, sedangkan kita bisa ini itu. Enakan kita tau. Kita bebas, penuh rencana, meskipun hasilnya ya tidak selamanya bikin bangga. Tapi minimal kita sudah mempersembahkan yang terbaik untuk semuanya.
Kalian sadar nggak? Kita sudah lebih dari berhasil sampai tahap ini. Pertama, kita sudah sampai di detik ini. Kedua, kita sudah bisa menerima semuanya sampai sejauh ini. Ketiga, kita tidak lupa bersyukur atas semuanya. Keempat, kita masih sudi menunggu sesuatu yang selanjutnya, yang belum kita tahu seperti apa tentunya. Kelima, keenam, dan ke-selanjutnya cari sendiri saja ya.
Kalian bertemu denganku karena menunggu, aku menemukan kalian juga karena menunggu, waktu yang telah sampai kepada kita juga menunggu. Kita telah sama-sama sudi menunggu dan kita sudah sama-sama berhasil sampai di detik itu. Detik pertama saat kita berjabat tangan, saling berkenalan, dan lanjut berteman, meski kadang sering beradu argumen. Ya, hampir sempurna.
Dan jika ternyata ini tidak berlangsung lama, semoga kita tidak akan lama merasakan kecewanya. Susah ya? Sedih ya? Pasti, tapi ingat poin satu dan seterusnya. Kita cuma butuh terbiasa. Kita sudah berhasil sebelumnya dan akan berhasil juga setelahnya.
Aku sayang kalian, kalian juga harus sayang sama aku. Aku tidak bermaksud memaksa, tapi aku mengharuskannya.
Paham ya cah?
Paham ya cah?
-------------------------------
Salam Literasi
#Day (10)
#OneDayOnePOst30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah
#Day (10)
#OneDayOnePOst30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#BianglalaHijrah